KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sentimen global menjadi penyetir arah perdagangan dollar AS/ rupiah hari ini, Selasa (27/11). Kurs rupiah, salah satunya, tertekan pesimisme pasar akan pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping yang akan dilakukan akhir bulan ini. Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot terkoreksi 0,28% ke level Rp 14.515 per dollar AS. Sedangkan tadi pagi, terlihat dari Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah masih menguat 0,32% ke level Rp 14.504 per dollar AS. Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, rupiah masih bergerak di rentang keseimbangan di level Rp 14.500 per dollar AS.
“Ada berita bahwa Trump akan kembali menerapkan tarif impor atas US$ 257 miliar produk impor dari China, walaupun China sebelumnya sudah meminta ditunda sampai 2019 mendatang,” kata David, hari ini. Kabar memanasnya perang dagang ini kembali menekan mata uang
emerging market, termasuk rupiah. Di sisi lain, euro mengalami sedikit penguatan setelah pemerintah Italia bersedia mendiskusikan kembali defisit rencana anggarannya. “Tadinya ngotot di 2,4%, kini mereka terlihat bersedia menjadi 2%,” lanjut David. Dari dalam negeri, pasar menanti data inflasi di pekan depan. Di sisi lain juga masih terkait dengan perkembangan global serta harga minyak mentah yang masih turun dalam dua minggu terakhir. “Negara penghasil minyak seperti Venezuela dikhawatirkan akan semakin diperparah krisisnya dan ditakutkan akan menular ke Rusia,” katanya. Koreksi wajar Menurut Analis Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto, adanya koreksi terjadi secara teknikal yang wajar, karena mata uang Garuda sudah menguat terus-menerus sejak pekan lalu. Dari domestik, para pelaku pasar sedang menunggu proyeksi pertumbuhan yang akan dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI). Di tengah pasar spekulasi yang berkembang proyeksi yang akan keluar dinilai akan melambat. Pelaku pasar bersikap khawatir dan cenderung berhati-hati. Untuk perdagangan Rabu (27/11), koreksi bagi rupiah masih cukup terbuka. “Apalagi proyeksi pertumbuhan yang akan dikeluarkan BI diproyeksikan melambat, akan direspons terlebih dahulu,” lanjut Andri. Sekadar informasi, BI memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi 2019 menjadi 5,0%-5,4% dari 5,1%-5,5%.
Pasar global juga sedang menunggu pidato Presiden The Fed Jerome Powell, mencari sinyal kepastian The Fed menaikkan bunga tiga kali di tahun 2019 mendatang. David memproyeksikan, rupiah dalam perdagangan Rabu (28/11) akan berada di level Rp 14.480- Rp 14.550 per dollar AS. Sedangkan menurut Andri, rupiah bisa melemah di rentang yang tidak dalam atau di level Rp 14.500-Rp 15.550 per dollar AS. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia