Rupiah berpotensi melanjutkan pelemahan pada Selasa (5/5)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah perkasa dalam beberapa hari terakhir perdagangan, rupiah akhirnya terkapar juga di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Merujuk data Bloomberg, Senin (4/5), rupiah di pasar spot ditutup ke level Rp 15.100 per dolar AS atau melemah 1,44% dibandingkan penutupan Kamis (30/4) yang berada di level Rp 14.882 per dolar AS.

Namun, rupiah justru terpantau menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Pada kurs JISDOR tersebut, rupiah menguat 0,55% ke level Rp 15.073 per dolar AS.

Analis Asia Valbury Futures Lukman Leong mengatakan, pelemahan rupiah merupakan perpaduan dari faktor teknikal serta adanya sentimen eksternal. Ia menyebut setelah rupiah berhasil menembus level psikologis Rp 15.000, maka pasar akan meresponsnya dengan mendekat ke level support Rp 15.000.


Baca Juga: Trump mengancam tarif baru untuk China sebagai tindakan balasan atas virus corona

“Selain itu, pasar juga sedikit dilanda kekhawatiran setelah adanya pernyataan dari Donald Trump terkait ancaman tarif baru terhadap China. Ini sedikit meningkatkan kekhawatiran akan eskalasi perang dagang AS - China,” ujar Lukman ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (4/5).

Sementara Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan, pelemahan rupiah mungkin akan berlanjut pada perdagangan Selasa (5/5). Ia menilai pelaku pasar akan mencermati rilis data produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indoneesia di kuartal I 2020 diperkirakan melambat dibandingkan kuartal sebelumnya sebagai imbas penyebaran virus corona pada Februari dan Maret.

“Meskipun demikian, pelemahan bisa terbatas apabila rilis data indikator manufaktur Amerika Serikat (AS), durable goods dan factory orders, dapat membukukan angka yang lebih besar dibandingkan ekspektasi,” jelas Josua.

Josua memproyeksikan rupiah akan melemah dan berada di level Rp 15.000 – Rp 15.250 per dolar AS, Selasa (5/5).

Sedangkan Lukman memperkirakan rupiah akan cenderung sideways dan berada di rentang Rp 15.000 - Rp 15.200 per dolar AS.

Baca Juga: Kondisi keuangan global longgar di semester II-2019, BI: Ini dorong aliran modal

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat