KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peluang rupiah untuk menguat pada awal pekan perdagangan pekan ini terbuka lebar menyambut penandatanganan kesepakatan damai perang dagang Amerika Serikat (AS)-China yang kabarnya akan dilaksanakan Kamis (14/11). Jumat (8/11), rupiah di pasar spot melemah 0,12% ke Rp 14.014 per dolar AS. Sementara di kurs tengah Bank Indonesia, rupiah menguat tipis 0,12% ke Rp 14.020 per dolar AS. Baca Juga: Simak prediksi IHSG untuk perdagangan Senin (11/11)
Ekonomom Bank Permata Joshua Pardede menilai, penarikan penerapan tarif import antara China dan AS membawa dampak positif bagi pasar. Rilis data neraca dagang dari China yang menunjukkan hasil lebih positif dari konsensus. Namun, pemangkasan outlook rating India oleh Moody's menjadi katalis negatif bagai pasar yang menyebabkan pelemahan rupiah. “Ini mengurangi minat investor asing terhadap aset negara berkembang. Karena India dan Indonesia ini relatif kondisinya hampir mirip. Itu makanya karena outlook rating dari Moodys ke India berdampak negatif untuk rupiah,” kata Joshua. Baca Juga: Naik 94% dalam tiga hari, saham Maha Properti (MPRO) kena suspensi lagi Dari dalam negeri, Direktur Garuda Berjangka Ibrahim menilai, rilis data neraca pembayaran Indonesia (NPI) yang rilis Jumat (8/11) menjadi sentimen yang mempengaruhi pasar. Rilis data NPI menunjukkan saat ini defisit Indonesia lebih rendah dari periode sebelumnya. Esok, Ibrahim dan Joshua nilai rupiah masih akan dipengaruhi faktor eksternal terkait penandatanganan kesepakatan dagang fase satu. Selain kesepakatan dagang, Joshua menyebut data persediaan grosir dan data awal sentimen konsumen AS yang rilis Jumat (8/11) menjadi katalis bagi pasar.