Rupiah berpotensi melemah akibat efek eksternal



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) berpotensi melemah terbatas sepanjang pekan depan. Pergerakan rupiah pun masih akan lebih dipengaruhi oleh sentimen eksternal, khususnya kebijakan-kebijakan ekonomi AS.

Rully Arya Wisnubrata, Ekonom Bank Mandiri mengatakan, pada hari Rabu (13/12) nanti akan ada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) tentang penentuan kenaikan tingkat suku bunga acuan di AS.

Menurutnya, pasar cenderung wait and see jelang agenda tersebut berlangsung. Namun, jika tingkat suku bunga acuan AS benar-benar naik, dampaknya terhadap rupiah tidak akan terlalu signifikan. “Pasar sudah dari dulu mengantisipasi bahwa Fed Fund Rate kemungkinan besar naik menjadi 1,5%,” kata Rully, Jumat (8/12).


Pergerakan rupiah di pasar juga akan dipengaruhi oleh kelanjutan kebijakan reformasi pajak yang diusung oleh Presiden Donald Trump. Kata Rully, para pelaku pasar berekspektasi UU perpajakan AS akan diresmikan sebelum tanggal 20 Desember. “Jika sudah diresmikan, dollar berpeluang semakin menguat,” imbuhnya.

Di samping itu, Jumat (8/12) malam nanti akan dirilis data non-farm employment change dan data tingkat pengangguran AS. Jika hasilnya sesuai ekspektasi, hal itu bisa memperkuat posisi dollar AS di awal pekan nanti.

Rully menyebut, agenda Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang berlangsung tengah pekan nanti bisa menjadi sentimen domestik yang mempengaruhi nilai tukar rupiah di pasar. Ia pun memprediksi kurs rupiah terhadap dollar AS akan bergerak di kisaran Rp 13.495—Rp 13.575.

Adapun selama sepekan terakhir, rupiah melemah terhadap dollar AS. Di pasar Spot, kurs rupiah terhadap dollar melemah 0,19% sepanjang pekan ini ke level Rp 13.550 hingga penutupan Jumat (8/12). Di periode yang sama, kurs tengah rupiah di BI juga melemah 0,31% ke level Rp 13.556 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati