Rupiah Berpotensi Melemah pada Hari Ini (14/3), Sentimen Eksternal Masih Mendominasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah berpotensi melemah pada perdagangan Selasa (14/3). Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan, sentimen utama masih berasal dari global.

Mulai dari jatuhnya Silicon Valley Bank (SVB) dan ekspektasi penurunan potensi kenaikan suku bunga yang akan dilakukan Federal Reserve (The Fed). Ia memperkirakan rupiah berpotensi terdepresiasi dalam kisaran Rp 15.290-Rp 15.490 per dolar Amerika Serikat pada hari ini (14/3).

Sementara itu, Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo memperkirakan, pergerakan kurs rupiah akan relatif stabil di kisaran Rp 15.325-Rp 15.425 per dolar AS.


Hal tersebut terjadi setelah otoritas AS berupaya untuk membatasi dampak dari keruntuhan tiba-tiba SVB.

Baca Juga: Kasus SVB Tak Merambat, Rupiah Spot Menguat 0,47% ke Rp 15.377 pada Senin (13/3)

Regulator keuangan AS meyakinkan para deposan bahwa uang mereka aman di tengah-tengah bangkrutnya SVB. Harapannya, The Fed akan mengambil kenaikan suku bunga kurang agresif dalam pertemuan akhir bulan ini.

Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menambahkan, setelah penutupan SVB, pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps pada rapat FOMC Maret ini. Sebelumnya, konsensus pasar memperkirakan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga hingga 50 bps di tengah perkembangan data ekonomi AS yang solid.

Selain fokus pada perkembangan SVB, pelaku pasar masih akan mencermati data ekonomi AS yang akan dirilis hari ini, akni inflasi Februari 2023. "Inflasi diperkirakan akan cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi bulan Januari 2023," kata Josua.

Dia pun memperkirakan rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 15.350-Rp 15.475 untuk hari ini.

Sebagai informasi, berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 0,47% ke Rp 15.377 pada Senin (13/3).

Sedangkan rupiah JISDOR terlihat menguat 0,6% menjadi Rp 15.374 per dolar AS di awal pekan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari