Rupiah Berpotensi Melemah Pada Perdagangan Rabu (13/4)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah berpotensi melemah pada perdagangan besok, Rabu (13/4). Pelaku pasar akan menantikan rilis data inflasi dari Amerika Serikat (AS) yang dirilis pada malam ini. 

Kurs rupiah di pasar spot ditutup stagnan ke Rp 14.366 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (12/4). Sedangkan, rupiah Jisdor menguat 0,04% ke Rp 14.364 per dolar AS.

Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures, Nanang Wahyudin mengatakan pergerakan rupiah sangat minim katalis dalam negeri. Sentimen global akan lebih mewarnai pergerakan rupiah. Pasar keuangan global malam ini akan menantikan rilis data inflasi konsumen (CPI) AS.


Baca Juga: Berotot, Rupiah Jisdor Menguat ke Rp 14.364 Per Dolar AS Pada Selasa (12/4)

Menurut Nanang pergerakan rupiah besok akan dipengaruhi bagaimana pasar menyikapi data AS malam ini. Hasil inflasi naik maka menguatkan dolar dan rupiah akan terkena dampak sehingga potensi pelemahan akan berlanjut besok.

"Indeks dolar saat ini sudah berada pada level barunya yakni di atas 100. Penguatan ini ditopang membaiknya data AS dan juga antuasiasme pasar atas langkah The Fed yang akan agresif dalam mengambil kebijakan moneter," ucap Nanang kepada Kontan.co.id, Selasa (12/4). 

Sementara, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan pergerakan rupiah akan cenderung terbatas. Dia memperkirakan inflasi AS bulan Maret meningkat menjadi 1,2% secara bulanan atawa month-to-month (mtm) dari bulan sebelumnya 0,8% mtm dan inflasi tahunan juga diperkirakan meningkat menjadi 8,4% year-on-year (yoy) dari bulan sebelumnya 7,9% yoy.

"Jika rilis data inflasi AS kembali meningkat, maka berpotensi akan membatasi penguatan nilai tukar rupiah dalam jangka pendek," ujar Josua.

Baca Juga: IHSG Naik Tipis ke 7.214 Hingga Akhir Perdagangan Selasa (12/4)

Nanang menyampaikan The Fed hampir dipastikan akan menaikkan suku bunga acuan 50 bps. Hal ini pun diaminkan oleh pejabat the Fed yang untuk menyegerakan bank sentral melunakkan inflasi dengan suku bunga yang besar. 

"Banyak kalangan memperkirakan sampai dengan akhir tahun suku bunga Fed akan berada pada 2,50%. Prospek kenaikan suku bunga acuan menjadi penopang laju dolar dan ini berdampak pada rupiah yang terlihat masih bergerak melemah," ucap Nanang

Nanang menyebut, pergerakan rupiah terhadap dolar saat ini dipengaruhi oleh naiknya dolar karena imbal hasil US Treasury bertenor 10 tahun yang terus menguat membuat rivalitas mata uang utama dunia bergerak melemah. Begitu juga dengan rupiah yang terkena imbas.

Baca Juga: Jumlah Penawaran Masuk pada Lelang SUN Turun Tipis Jadi Rp 40,28 Triliun

Faktor kawasan pun menjadi faktor penambah ketika perkembangan lockdown di Tiongkok diharapkan segera berkurang, yang pada akhirnya sentimen pasar pun kehilangan rasa khawatir.

Menurut Josua yield US Treasury cenderung meningkat dalam beberapa hari terakhir pasca rilis notulensi rapat FOMC bulan Maret dan hari ini telah menyentuh level 2,82%. Kenaikan yield US Treasury acuan ini juga turut mengerek yield SUN 10 tahun hingga 6,88% pada hari ini yang merupakan level tertinggi sejak Oktober 2020. 

"Kenaikan yield US Treasury juga telah mendorong penguatan dolar AS terhadap mata uang utama terindikasi dari indeks dolar yang tercatat menembus level 100. Saat ini diperdagangkan di level 100,21 yang merupakan level tertinggi sejak Juni 2020," tutur Josua.

Nanang memproyeksikan pada perdagangan Rabu (13/4) rupiah akan berada di rentang Rp 14.350 per dolar AS-Rp 14.400 per dolar AS. Sementara Josua memperkirakan rupiah akan berada di level Rp 14.350 per dolar AS-Rp 14.450 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati