KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (12/7). Di pasar spot, rupiah ditutup pada level Rp 14.995 per dolar AS, melemah 0,13% dari posisi Senin kemarin di Rp 14.975 per dolar AS. Sedangkan rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) berada di level Rp 14.993, melemah 0,16% dari posisi Rp 14.969 per dolar AS pada hari sebelumnya. Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin memandang, kinerja rupiah masih dibayangi sentimen global. Terutama kekhawatiran terhadap ancaman resesi, ketika ekspektasi inflasi AS tidak turun meski The Fed bulan lalu telah menaikkan suku bunga 75 basis points (bps).
Baca Juga: Rupiah Jisdor Melemah 0,16% ke Rp 14.993 Per Dolar AS Pada Perdagangan Selasa (12/7) Investor juga akan mencerna data pemerintah AS mengenai inflasi Juni 2022. Jika inflasi meningkat dibanding bulan sebelumnya, maka pasar keuangan di negara berkembang kembali bergejolak. Kenaikan inflasi AS dikhawatirkan membuat The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan secara agresif. "Kenaikan suku bunga AS mengancam pelemahan bagi rupiah dan dapat menjadi tekanan bagi IHSG," terang Nanang kepada Kontan.co.id, Selasa (12/7). Untuk Rabu (13/7) besok, sentimen mulai terlihat dari sesi perdagangan Eropa dan AS hari ini. Kenaikan dolar terhadap rivalitas mata uang utama dunia dan juga komoditas jelang data inflasi dapat berdampak negatif bagi rupiah.
Baca Juga: IHSG Berpotensi Bergerak Terbatas Pada Rabu (13/7), Saham-Saham Ini Bisa Dicermati Analisa Nanang, area psikologis Rp 15.000 akan menjadi penting. Bila penutupan di atas area itu, maka ancaman bagi rupiah untuk membuka area barunya di Rp 15.000-Rp 15.250. Nanang memperkirakan, pada hari Rabu besok rupiah akan bergerak pada kisaran Rp 14.970 per dolar AS-Rp 15.030 per dolar AS. Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C. Permana juga memandang pergerakan rupiah besok masih akan dibayangi oleh sentimen global, terutama dari rilis data perekonomian di AS. Belum ada sentimen dari dalam negeri yang akan signifikan mengapresiasi rupiah. Sentimen dari dalam negeri baru akan terasa saat rilis data neraca dagang. Fikri pun melihat adanya potensi rupiah terdepresiasi ke atas Rp 15.000. Rentang pergerakan besok ditaksir berada di area Rp 14.920 per dolar AS-Rp 15.120 per dolar AS.
Baca Juga: Terus Susut, Dana Kelolaan Industri Reksadana Sulit Melewati Perolehan Akhir 2021 Sementara itu, Presiden Komisaris HFX Internasional Berjangka Sutopo Widodo melihat perdagangan USD/IDR relatif sepi dan mendatar. Terlihat dari pergerakan harga di sekitar level psikologis Rp 15.000 dalam tujuh hari perdagangan terakhir. Dari laporan Commitment of Traders (COT), posisi long dolar AS sudah mulai menurun. Sehingga kemungkinan untuk bergerak di atas Rp 15.000 masih ada, tappi tidak signifikan melemah jauh ke level Rp 15.250 atau Rp 15.500. Untuk besok, pergerakan rupiah ditaksir berada di Rp 14.975 per dolar AS-Rp 15.025 per dolar AS.
Baca Juga: Bank Indonesia Bakal Luncurkan Kajian Mata Uang Digital di Akhir Tahun 2022 "Sentimen global masih menjadi faktor utama, dan tanpa perubahan kebijakan dari BI di tanggal 21 Juli mendatang, rupiah bisa terpuruk lebih jauh," kata Sutopo. Pasar masih menanti laporan inflasi dari data CPI di AS. Inflasi yang lebih dari perkiraan akan membawa tekanan bagi The Fed untuk bergerak semakin agresif yang akan mempengaruhi nilai tukar pasangan mata uang terhadap dolar AS. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati