Rupiah Berpotensi Menguat Jika The Fed Pangkas Suku Bunga Lebih Besar dari BI Rate



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah diproyeksi dapat menguat jika Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga lebih besar dibanding pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI). BI baru saja memotong suku bunga acuan dari 6,25% menjadi 6,00%.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menyebutkan bahwa BI memutuskan untuk memangkas suku bunga lebih cepat dibandingkan The Fed karena kekhawatiran terhadap tren deflasi yang telah berlangsung selama empat bulan berturut-turut.

Baca Juga: Rupiah Berpotensi di Bawah Rp 15.000 pada Akhir 2024, Ini Sentimen Pendorongnya


Selain itu, penguatan rupiah lebih cepat dibandingkan mata uang negara-negara berkembang lainnya.

"Likuiditas diharapkan semakin longgar, sehingga dapat mendorong sektor riil lebih bergairah," ujar David pada Rabu (18/9).

Meskipun inflasi masih berada dalam target BI, berada di batas bawah memberi ruang bagi bank sentral untuk menurunkan suku bunga.

Dalam jangka pendek, keputusan ini diperkirakan akan membuat rupiah menguat, namun dalam jangka panjang pergerakan rupiah akan bergantung pada kebijakan suku bunga The Fed.

Baca Juga: Menanti Pemangkasan Suku Bunga The Fed, Begini Prospek Imbal Hasil Investasi

David memproyeksikan rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp 15.200 - Rp 15.600 dalam waktu dekat.

Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana menambahkan bahwa jika The Fed memangkas suku bunga lebih besar dari BI, rupiah kemungkinan akan terapresiasi lebih lanjut.

Selain itu, jika Indonesia terus menarik minat investasi asing, aliran dana asing dapat masuk ke pasar Indonesia.

"Ada kemungkinan pengalihan modal dari dolar AS serta penurunan yield obligasi AS, yang bisa membuat yield spread lebih menarik dan mendorong capital inflow," kata Fikri.

Baca Juga: BI Pangkas BI Rate Jadi 6%, Bagaimana Efeknya ke Instrumen Investasi Domestik?

Namun, jika penurunan suku bunga The Fed sama dengan BI, rupiah mungkin terdepresiasi, mengingat surplus neraca perdagangan Indonesia saat ini masih terbatas pada 2,8%.

Dalam skenario jangka panjang, Fikri memproyeksikan rupiah akan stabil di antara Rp 15.300 - Rp 15.500 jika The Fed memangkas suku bunga lebih besar dari BI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto