Rupiah Berpotensi Menguat Pada Pekan Depan, Berikut Sentimen Pendorongnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah masih dalam tren positif selama perdagangan pekan ini. Penguatan mata uang rupiah ini diprediksi masih akan berlanjut pada pekan depan. 

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, pada pekan depan, pergerakan rupiah akan dipengaruhi oleh rilis data tenaga kerja AS, yang akan rilis malam nanti, serta data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Senin (5/8). 

“Maka saya proyeksi, rupiah berpotensi menguat pada pekan depan, dan bergerak di kisaran Rp 16.100 - Rp 16.250 per dolar AS,” ungkapnya, Jumat (2/8). 


Sementara itu, Analis Pasar Mata Uang, Lukman Leong memproyeksi rupiah pada perdagangan Senin (5/8) akan tergantung pada hasil rilis data tenaga kerja AS Non-Farm Payrolls (NFP). Dia melihat bahwa rupiah berpotensi kembali menguat, apabila data tersebut sesuai dengan perkiraan atau lebih rendah dari 175.000 penambahan pekerjaan. 

Baca Juga: Menguat Pekan Ini, Kurs Rupiah Menunggu Data PDB di Pekan Depan

“Akan tetapi, adanya kekhawatiran ekonomi global dapat membuat rupiah terbatas untuk bisa lanjut menguat dan mungkin juga berbalik melemah,” imbuhnya. 

Sedangkan sentimen dari domestik, Lukman bilang, investor tengah mengantisipasi data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2024, yang diperkirakan akan tumbuh solid sebesar 3,71%, namun untuk secara tahunan atau year on year (YoY) diperkirakan akan hanya tumbuh 5%, lebih rendah dari sebelumnya 5,11%.

Lukman pun memproyeksi, rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.150 - 16.250 per dolar AS, pada perdagangan Senin (5/8). 

Asal tahu saja, berdasarkan data Bloomberg, Jumat (2/8) rupiah spot pekan ini ditutup pada level Rp 16.200 per dolar AS. Ini membuat rupiah naik 0,23% dibanding penutupan hari sebelumnya di Rp 16.237 per dolar AS. Dalam sepekan, rupiah spot menguat sekitar 0,62%. 

Selaras dengan pergerakan di pasar spot, rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) terpantau ikut menguat. Jumat (2/8), rupiah jisdor ditutup pada posisi Rp 16.234 per dolar AS, menguat sekitar 0,41% secara mingguan dan 0,05% secara harian.

Josua bilang, rupiah menguat pada Jumat (2/8) berkat ekspektasi investor terkait dengan potensi sinyal pelemahan data tenaga kerja AS. 

“Angka konsensus menunjukkan perkiraan adanya penurunan angka data NFP, meskipun angka tingkat pengangguran diperkirakan cenderung stabil,” kata Josua. 

Menurut dia, pelemahan data tenaga kerja AS lebih jauh, berpotensi menguatkan kemungkinan The Fed untuk memotong suku bunga lebih dari satu kali pada tahun ini. Josua menjelaskan, pada pekan ini, rupiah cenderung menguat terhadap dolar AS sejalan dengan sinyal dovish dari The Fed. 

Baca Juga: Sri Mulyani Pede Rupiah Bakal Menguat, Ditopang Kebijakan Moneter BI

Lukman juga bilang, rupiah dalam sepekan ini menguat terhadap dolar AS, didukung oleh data-data ekonomi AS yang lebih lemah serta pernyataan dovish dari kepala the Fed Powell yang memberi sinyal pemangkasan suku bunga pada pertemuan FOMC di bulan September mendatang. 

“Namun kekhawatiran kemerosotan ekonomi dunia sepekan ini, serta eskalasi tensi di Timur Tengah membatasi penguatan rupiah yang lebih lanjut,” kata Lukman kepada Kontan.co.id, Jumat (2/8). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi