KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah terombang-ambing di tengah penguatan dolar Amerika Serikat (AS) terhadap mata uang utama dunia. Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 0,73% atau 114 poin ke level Rp 15.783 per dolar AS pada Jumat (22/3). Dalam sepekan, rupiah melemah 1,17% dari penutupan pekan lalu di Rp 15.599 per dolar per dolar AS. Jumat (22/3), kurs rupiah Jisdor melemah 0,71% ke Rp 15.773 per dolar Amerika Serikat (AS). Dalam sepekan, kurs rupiah Jisdor melemah 0,95% dari Rp 15.624 per dolar AS dari Jumat (15/3).
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede menjelaskan, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS akibat tekanan eksternal dari AS dan Tiongkok. Dari sisi AS, penguatan beberapa data ekonomi AS, termasuk
Initial Jobless Claims dan US Manufacturing PMI. “Hal ini mendorong kekhawatiran bahwa the Fed masih punya cukup ruang untuk mempertahankan suku bunganya lebih lama,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (22/3).
Baca Juga: Kurs Rupiah Melemah 1,17% dalam Sepekan, Ini Penyebabnya Josua bilang, tekanan
risk-off berasal dari kebijakan PBoC yang memutuskan untuk menurunkan batas bawah nilai tukar yuan. Hal ini kemudian berdampak pula pada depresiasi mata uang Asia lainnya. “Sepanjang pekan ini, rupiah melemah hingga 1,17% secara
week to week (WtW) akibat dampak dari tekanan eksternal saat ini, serta dari laporan Fitch,” ujar dia. Josua mengatakan bahwa rupiah sempat memangkas pelemahannya pada hari Kamis (21/3) karena hasil rapat FOMC. Namun, rupiah kembali melemah di hari ini. Dia memprediksi, rupiah akan berpotensi melanjutkan pelemahan terbatas pada pekan depan. Rupiah tertekan beberapa data ekonomi AS yang akan dirilis pada Senin (25/3) dan diperkirakan akan cenderung solid. Data ekonomi AS yang akan dirilis pekan depan antara lain adalah penjualan rumah baru, keyakinan konsumen, serta pesanan barang tahan lama. Baca Juga:
Uang Beredar Melambat pada Februari, Laju Kredit Perbankan Jadi Pemicunya Sementara itu, Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong mengatakan, rupiah mengalami volatilitas yang besar pekan ini setelah sempat menguat pasca FOMC. “Rupiah berbalik melemah oleh dolar AS,
rebound setelah beberapa data ekonomi AS yang lebih kuat di antaranya yakni, klaim pengangguran, manufaktur dan penjualan rumah,” kata Lukman kepada Kontan.co.id, Jumat (22/3). Sedangkan sentimen dalam negeri, Lukman bilang, datang dari data penjual ritel Indonesia yang lebih baik mendukung rupiah. Dengan begitu, rupiah diperkirakan akan berkonsolidasi dan
bergerak di kisaran sempit. “
Investor menantikan satu-satunya data penting pada minggu depan, yaitu inflasi PCE AS pada Jumat mendatang,” kata Lukman. Lukman pun memprediksi, rupiah pada pekan depan berpotensi bergerak di kisaran Rp 15.600 per dolar AS-Rp 15.850 per dolar AS. Josua memperkirakan, rupiah pada pekan depan akan berpotensi bergerak di kisaran Rp 15.750 per dolar AS-Rp 15.850 per dolar AS. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati