KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar surat utang atau obligasi Indonesia makin membetot daya tarik investor. Stabilitas makro ekonomi dalam negeri menjadi kunci gairah di pasar obligasi. Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C Permana mengatakan, prospek positif pasar obligasi didorong pergerakan rupiah yang stabil dan
credit default swap (CDS) yang menurun.
Baca Juga: Sah, kupon minimal SBR009 ditetapkan 6,3% “Prospeknya masih positif, seiring dengan CDS yang turun, rupiah stabil dan
yield surat utang negara (SUN) yang makin beranjak di bawah 7%, kata Fikri, Kamis (23/1). Ia menilai, seiring dengan kebijakan akomodatif yang masih akan diambil pemangku kebijakan moneter dan fiskal, pasar obligasi masih menarik. Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas Ariawan menambahkan kondisi makro ekonomi Indonesia yang membaik juga mendukung positif pasar obligasi Indonesia. Kata Ariawan, makro ekonomi Indonesia membaik, pertumbuhan ekonomi masih kuat, inflasi akan tetap rendah dan stabil terjadi di level 3%. "Rupiah juga kecenderungannya menguat jadi beberapa hal ini bisa jadi sentimen positif untuk pasar surat utang Indonesia,” kata Ariawan. Meredanya teknana eksternal juga akan mendorong minat investor asing masuk ke pasar obligasi Indonesia. Masuknya asing, menurut Ariawan, akan berdampak positif karena membawa peluang penurunan
yield SUN.
Turunnya yield SUN akan berdampak baik bagi pasar obligasi korporasi karena akan diikuti penurunan
yield obligasi korporasi sehingga akan membuka minat emiten untuk menerbitkan obligasi.
Baca Juga: Hindari kejenuhan pasar, penerbitan sukuk ritel tahun ini hanya tiga kali Ariawan memperkirakan penerbitan obligasi korporasi tahun ini akan mencapai Rp 135 triliun- Rp 140 triliun. Jumlah ini lebih tinggi dari tahun lalu yang berkisar Rp 122 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat