JAKARTA. Efek rupiah yang masih terkapar membuat laju bisnis ritel di kuartal satu tahun ini agak terganjal. Meski begitu, para peritel masih optimistis pertumbuhan bisnis ritel sampai akhir tahun ini masih bisa tumbuh. Satria Hamid Ahmadi, Head of Corporate Affairs PT Trans Ritel Indonesia sekaligus merangkap Wakil Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiai Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menargetkan bisnis ritel tahun ini tidak akan mengalami pertumbuhan cukup tinggi. Beberapa kebijakan pemerintah awal 2015, seperti kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dan listrik, membuat daya beli masyarakat turun. "Bisnis ritel tahun ini bisa tumbuh maksimal 10% saja sudah bagus," kata dia kepada KONTAN Rabu (25/3). Kenaikan BBM ini membuat ongkos produksi dan transportasi jadi membengkak. Kondisi ini tidak cuma berlaku di industri ritel saja tapi juga yang lain. Aprindo pun menyarankan pemerintah bisa memperbaiki kondisi makro ekonomi supaya industri ritel tanah air tetap bisa tumbuh positif. "Kami sebagai pelaku usaha tetap optimistis, namun yang terukur. Terukur dalam artian indikator ekonomi marko harus terus digenjot," ujarnya.
Rupiah bikin bisnis ritel tersendat
JAKARTA. Efek rupiah yang masih terkapar membuat laju bisnis ritel di kuartal satu tahun ini agak terganjal. Meski begitu, para peritel masih optimistis pertumbuhan bisnis ritel sampai akhir tahun ini masih bisa tumbuh. Satria Hamid Ahmadi, Head of Corporate Affairs PT Trans Ritel Indonesia sekaligus merangkap Wakil Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiai Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menargetkan bisnis ritel tahun ini tidak akan mengalami pertumbuhan cukup tinggi. Beberapa kebijakan pemerintah awal 2015, seperti kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dan listrik, membuat daya beli masyarakat turun. "Bisnis ritel tahun ini bisa tumbuh maksimal 10% saja sudah bagus," kata dia kepada KONTAN Rabu (25/3). Kenaikan BBM ini membuat ongkos produksi dan transportasi jadi membengkak. Kondisi ini tidak cuma berlaku di industri ritel saja tapi juga yang lain. Aprindo pun menyarankan pemerintah bisa memperbaiki kondisi makro ekonomi supaya industri ritel tanah air tetap bisa tumbuh positif. "Kami sebagai pelaku usaha tetap optimistis, namun yang terukur. Terukur dalam artian indikator ekonomi marko harus terus digenjot," ujarnya.