Rupiah Cenderung Stabil Jelang Pemilu 2024



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelang Pemilu 2024, pergerakan nilai tukar rupiah relatif terkendali. Sentimen Pemilu dinilai belum memberikan dampak yang signifikan terhadap pergerakan nilai tukar rupiah.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Edi Susianto mengatakan, sejauh ini pelaku pasar melihat hal-hal yang terkait Pemilu belum memberikan dampak yang signfikan. Menurutnya, saat ini nilai tukar rupiah masih sangat dipengaruhi oleh sentimen global.

"Khususnya yang terkait dengan stance kebijakan the Fed terhadap Fedfund rate yang dinilai masih hawkish," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (11/9).


Edi menyebutkan, saat ini pergerakan rupiah juga pada dasarnya masih cukup terkendali. Sejak awal tahun, rupiah masih relatif menguat terbatas di tengah mata uang Asia lainnya mengalami pelemahan. Meskipun memang, secara bulanan rupiah mengalami perlemahan yang dinilai relatif terbatas.

Baca Juga: Jelang Rilis Data Inflasi AS, Rupiah Diprediksi Lanjut Tertekan pada Selasa (12/9)

Pada Senin (11/9) rupiah bertengger di Rp 15.330 per dolar Amerika Serikat (AS), sementara pada akhir tahun 2022, rupiah berada di Rp 15.573 per dolar AS. Sementara secara bulanan, rupiah terkoreksi dari Rp 15.219 per dolar AS.

Di sisi lain, Edi menyebutkan bahwa pergerakan rupiah baru akan saat Pemilu. Ia mencontohkan Pemilu tahun 2019, yang mana Pemilu diadakan pada bulan April.

"Sebelum April rupiah cenderung bergerak relatif terkendali dan baru di April 2019 rupiah sempat melemah agak tajam yang kemudian menguat kembali secara signifikan juga," paparnya.

Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana juga beranggapan bahwa tren pergerakan rupiah jelang Pemilu lebih stabil dan baru bergejolak usai Pemilu. Pergerakan tersebut dinilainya yang mencerminkan harapan pasar.

"Pemilu dampaknya lebih sementara," katanya.

Secara umum, pergerakan nilai tukar rupiah lebih dipengaruhi pada fundamental rupiah itu sendiri. Menurutnya, melihat yang terjadi saat ini kekhawatirannya lebih kepada neraca berjalan atau current account.

"Current account di kuartal II defisit setelah defisit terakhir pada kuartal II 2021, ini yang membuat rupiah sulit terapresiasi saat ini sehingga trennya terdepresiasi," jelas Fikri.

Baca Juga: Rupiah Melemah ke Rp 15.330 di Awal Pekan Ini, Simak Sentimen yang Menyeretnya

Rupiah juga diperkirakan masih akan tertekan. Fikri menilai, saat ini mata uang yang saat ini diuntungkan dan dapat diamati adalah mata uang negara-negara Timur Tengah atau negara penghasil gas dan minyak, seperti Riyal dan Dinar lantaran didukung kenaikan harga minyak.

Namun hingga akhir tahun, Fikri berpandangan rupiah akan relatif stabil. KB Valbury memproyeksikan target rupiah di level Rp 15.258 per dolar AS.

Edi menambahkan, jelang Pemilu tahun depan BI juga akan terus berupaya pergerakan rupiah agar tetap terkendali. "Kami akan mengawal di pasar valas khususnya untuk memastikan keseimbangan supply-demand valas di pasar," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi