Rupiah Cuma Menguat Tipis, Parkir di Rp 16.375 per dollar AS



MOMSMONEY.ID - Mata uang rupiah lanjut menguat terhadap dollar AS pada hari ini. Cuma, penguatannya mulai tipis.

Mengutip Bloomberg, kurs rupiah di pasar spot ditutup menguat 19 poin atau 0,12% dibandingkan kemarin, menjadi Rp 16.375 per dollar AS.

Penguatan rupiah terjadi di tengah pelemahan indeks dollar. Namun, sentimen di eksternal sejatinya masih mendukung greenback. Menurut Ibrahim Assuaibi, analis pasar forex dan Direktur Laba Forexindo Berjangka, meskipun angka inflasi bulan Mei cukup menggembirakan, namun data tersebut masih menunjukkan tekanan harga relatif tinggi.


Selain itu, indeks manajer pembelian di bulan Juni cukup kuat. Ekonomi AS yang kuat menimbulkan kekhawatiran bahwa Fed akan mempertahankan suku bunga tetap tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama. 

Fokus pasar pekan ini tertuju pada rilis indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), ukuran inflasi pilihan Federal Reserve. Data tersebut akan dirilis pada  Jumat dan diperkirakan akan menunjukkan inflasi sedikit mereda, namun tetap jauh di atas target tahunan bank sentral yang sebesar 2%

Di sisi lain, China terlibat dialog dengan para pejabat Jerman mengenai potensi pengurangan atau bahkan pencabutan tarif. Tapi, Kanada bergabung dengan AS dan UE terlihat mempertimbangkan pembatasan impor kendaraan listrik China. Langkah ini dapat memperburuk hubungan yang sudah tegang antara Tiongkok dan negara-negara Barat. 

Kekhawatiran terhadap China menjadi beban utama sentimen terhadap pasar Asia dalam beberapa sesi terakhir.

Baca Juga: Rupiah Berbalik Menguat di Rp 16.394 per dollar AS, Besok Masih Bertenaga?

Sedangkan, di internal, sentimen relatif membaik. Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan stabil pada tahun depan dan tahun-tahun mendatang. Proyeksi ini didorong oleh peningkatan belanja masyarakat, peningkatan investasi bisnis dan permintaan konsumen yang stabil.

Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia diperkirakan mencapai rata-rata 5,1% per tahun dari 2024 hingga 2026. 

Pertumbuhan diperkirakan dapat dicapai meskipun ada tantangan meredanya lonjakan harga komoditas, peningkatan volatilitas harga pangan dan energi, dan meningkatnya ketidakpastian geopolitik. Kenaikan harga pangan mengerek inflasi saat ini. Inflasi mencapai 2,8% pada Mei 2024, naik dari 2,6% pada Januari 2024. 

Bank Dunia memperkirakan BI akan mulai menurunkan suku bunga tahun depan. Pada April 2024, Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan ke 6,25%. Kenaikan suku bunga terjadi saat bank sentral di negara-negara maju menunda penurunan suku bunga, sehingga memicu arus keluar investasi dan rupiah tertekan.

Prediksi Ibrahim, pada perdagangan besok, Rabu (26/6), rupiah akan fluktuatif, namun berpotensi ditutup menguat di rentang Rp 16.320 hingga Rp 16.400 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini