KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan rupiah masih diliputi sentimen suku bunga yang belum berakhir. Rupiah dalam jangka pendek diperkirakan berada pada kisaran level Rp 15.000 – Rp 15.200 per dolar Amerika Serikat (AS). Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri mengatakan, perkembangan pasar saat ini utamanya dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga acuan The Fed yang berlanjut ke level tertingginya selama 22 tahun. Pada pertemuan FOMC Juli 2023, Federal Reserve menaikkan Fed Funds Rate (FFR) sebesar 25 bps. Setelah kenaikan tersebut, FFR berada di kisaran 5,25%-5,50%, level yang terakhir terlihat sebelum jatuhnya pasar perumahan tahun 2007 dan yang tidak pernah terlampaui secara konsisten selama sekitar 22 tahun. Ke depannya, terutama untuk keputusan pada September 2023, The Fed belum bisa memastikan apakah kenaikan suku bunga acuan akan dihentikan.
Baca Juga: Kurs Dollar-Rupiah BRI Jelang Tengah Hari Ini Senin 31 Juli 2023, Intip Selengkapnya Reny melihat, pelaku pasar telah berspekulasi bahwa The Fed akan segera menghentikan kebijakan pengetatan moneternya, meskipun pasar telah melihat peluang untuk menurunkan FFR tahun ini. Namun, data ekonomi AS baru-baru ini membalikkan ekspektasi pasar. Pertumbuhan ekonomi yang tetap tinggi dan pasar tenaga kerja yang masih kuat membuka peluang bagi The Fed untuk terus menaikkan suku bunga acuannya. Produk domestik bruto AS tumbuh pada tingkat 2,4% tahunan di kuartal kedua 2023, lebih tinggi dari perkiraan 2%. Sementara inflasi telah mereda, hal itu sejauh ini terjadi dengan biaya yang tidak terlalu besar bagi pasar tenaga kerja, di mana tingkat pengangguran tetap rendah di 3,6%. Sejalan dengan Fed, Bank Sentral Eropa juga menaikkan suku bunga ECB. Bank Sentral Eropa (ECB) menaikkan suku bunga sebesar 25 bps pada suku bunga
refinancing utama menjadi 4,25%, kenaikan suku bunga kesembilan berturut-turut, karena inflasi masih diperkirakan akan tetap terlalu tinggi terlalu lama. Sementara itu, perekonomian zona euro menunjukkan tanda-tanda pelemahan sementara inflasi masih hampir 3 kali lipat di atas target 2%.
Baca Juga: Bertenaga, Rupiah Spot Dibuka Menguat ke Rp 15.088 Per Dolar AS Pada Hari Ini (31/7) Pasca keputusan The Fed, pasar saham global secara umum menguat namun berakhir mixed dengan beberapa bursa mengalami koreksi. Dari pasar valas, momen kenaikan suku bunga bank sentral terus memperkuat USD sebagai mata uang safe haven yang ditunjukkan dengan penguatan USD kembali mendekati level 102. “Saat ini, tekanan pasar masih didominasi oleh faktor eksternal terutama kebijakan The Fed. Dalam jangka pendek, rupiah masih cenderung bergerak di kisaran Rp 15.000 – Rp 15.200 per dolar AS sejalan dengan kebijakan The Fed yang masih menjadi fokus pasar sehingga USD akan terus menguat,” jelas Reny kepada Kontan.co.id, Minggu (30/7). Menurut Reny, rupiah akan terus bergerak sesuai fundamentalnya dalam jangka panjang, ditopang oleh fundamental ekonomi domestik yang solid. Pada rapat gubernur pekan lalu, BI7DRRR bertahan di level 5,75% dan Bank Indonesia (BI) akan melanjutkan triple intervensi dan twist operation untuk menjaga stabilitas pasar keuangan. Tim riset ekonomi Bank Mandiri memperkirakan rupiah akan menjadi Rp 14.864 per dolar AS (dengan rata-rata 15.031 per USD) pada akhir tahun 2023. Proyeksi tersebut seiring dengan fundamental ekonomi yang kuat, arus masuk modal yang berkelanjutan, dan kebijakan suku bunga global yang dihargakan sehingga volatilitas pasar menurun.
Baca Juga: Intip Proyeksi Perdagangan pada Senin (31/7) Hari Ini Pada perdagangan hari ini, Senin (31/7), Rupiah diperkirakan akan bergerak ke kisaran Rp 15.075 per dolar AS - Rp 15.130 per dolar AS. Adapun pada penutupan pasar di hari Jumat (28/7), kurs rupiah di pasar spot ditutup di level Rp 15.105 per dolar AS. Selama seminggu, rupiah melemah sekitar 0,52% dan secara harian melemah 0,70% terhadap USD. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto