Rupiah dalam tren tertekan, penerbitan obligasi global bakal kurang marak



KONTAN.CO.ID - ​JAKARTA. Dalam beberapa waktu ke depan penerbitan obligasi global atau global bond diperkirakan belum akan marak selama kurs rupiah dalam tren melemah.

Head of Research & Consulting Service Infovesta Utama Edbert Suryajaya menuturkan, kalaupun ada obligasi global yang beredar dalam waktu dekat, emiten yang bersangkutan cenderung akan menggunakan dananya untuk refinancing atau kebutuhan ekspansi yang bersifat mendesak.

Di luar faktor volatilitas rupiah, penerbitan obligasi global diyakini baru benar-benar ramai tatkala penurunan suku bunga acuan AS terealisasi. Pasalnya, penurunan suku bunga acuan akan memicu turunnya yield US Treasury yang lagi-lagi akan menguntungkan emiten dari sisi beban cost of fund.


Menurut Edbert, potensi penurunan suku bunga acuan AS di tahun ini cukup terbuka apabila tensi perang dagang tak kunjung mereda. “Saat ini emiten masih menunggu sampai kapan The Fed bisa mempertahankan kebijakan moneternya yang belum mengubah posisi suku bunga acuan,” paparnya, Kamis (23/5).

Di sisi lain, Senior VP & Head of Investment Recapital Asset Management Rio Ariansyah berpendapat, belum ada pihak yang benar-benar tahu kapan suku bunga acuan AS akan turun.

Makanya, ia menilai, sentimen tersebut tidak bisa dijadikan acuan utama bagi emiten untuk menerbitkan obligasi global.

“Asalkan rupiah bisa pulih dan ketidakpastian global mereda, maka penerbitan obligasi global akan lebih lancar,” tandas dia, kemarin.

Asal tahu saja, berdasarkan pemberitaan Kontan sebelumnya, beberapa emiten tengah berencana menerbitkan obligasi global.

Misalnya, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang sedang memproses obligasi global berdenominasi dollar AS pada awal bulan ini. Fitch Ratings telah memberi ekspektasi peringkat obligasi tersebut di level B+ (exp) dengan recovery rating RR4.

Ada pula PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) yang baru-baru ini telah mendapat restu melalui RUPSLB untuk menerbitkan obligasi global senilai US$ 850 juta.

Namun, manajemen TBIG masih mencari momentum yang tepat untuk menerbitkan obligasi tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto