Rupiah dan IHSG paling keok di emerging market



JAKARTA. Nilai tukar rupiah dan saham Indonesia memimpin penurunan di pasar negara berkembang di tengah spekulasi kenaikan suku bunga AS. Menyusul data ketenagakerjaan AS pekan ini yang mengindikasikan kapan kenaikan suku bunga mungkin terjadi.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 1,3%, penurunan terbesar sejak 19 Februari yang merupakan lima hari penurunan terpanjang sejak September. Sementara, rupiah turun ke level terendah empat pekan ke 13.345 per dollar AS.

“Dengan perdagangan di beberapa negara masih ditutup untuk libur Paskah, perdagangan tipis dengan tidak ada driver utama di balik pergerakan pasar,” kata Nizam Idris, head of foreign-exchange dan fixed-income strategy at Macquarie Bank Ltd di Singapore, Senin (28/3).


Kini investor tengah mengantisipasi kenaikan tarif kedua secepatnya bulan depan menyusul komentar hawkish dari pejabat Federal Reserve. “Kenaikan tarif AS akan lebih memperkuat dollar dan meningkatkan arus dana keluar dari negara berkembang,” ujar Komsorn Prakobphol, senior investment strategist di Tisco Financial Group Pcl.

Di sisi lain, minyak kembali diperdagangkan di atas US$ 40 per barel, memicu kenaikan terbesar untuk saham-saham berbasis energi dan teknologi di indeks MSCI Emerging Markets. Indeks ini telah naik 9,7 % bulan ini.

Sementara, baht Thailand melemah 0,3 % dan rupee India melemah 0,1 %. Minyak mentah jenis Brent naik 1 %, memacu keuntungan dalam mata uang penghasil minyak seperti ringgit Malaysia, yang naik 0,7 % dan menghentikan kerugian dua hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto