JAKARTA. Mata uang Asia menuju penguatan terbaik mingguan sejak September 2012 pada pekan ini. Penguatan terbesar disumbang oleh rupiah dan rupe. Penguatan mata uang regional ini tercermin pada pergerakan indeks Bloomberg-JPMorgan Asia Dollar yang naik 0,7% dalam lima hari terakhir. Sementara itu, rupiah menunjukkan keperkasaan terbesar dengan menguat 1,7% menjadi 11.415 per dollar AS pada pekan ini per pukul 10.54 WIB. Posisi kedua ditempati oleh rupe yang menguat 1,2% menjadi 61,03. Sementara itu, mata uang Asia lainnya juga terlihat perkasa. Misalnya saja baht Thailand menguat 0,9% menjadi 32,278 dan ringgit Malaysia menguat 0,6% menjadi 3,2564. Ada beberapa faktor yang memacu pergerakan mata uang Asia. Salah satunya, ada sinyal proses pemulihan ekonomi AS sedikit tersendat sehingga memicu spekulasi bahwa the Federal Reserve akan memperlambat langkah tapering stimulus. Selain itu, kecemasan mengenai intervensi militer Rusia terhadap Ukraina mulai mereda. Kondisi ini membuat investor mulai beralih ke aset-aset berisiko yang menawarkan yield lebih tinggi. "Secara keseluruhan, data ekonomi AS mencatatkan penurunan secara mengejutkan karena cuaca buruk," jelas Sim Moh Siong, foreign exchange strategist Bank of Singapore Ltd. Menurutnya, kondisi tersebut akan memicu the Fed untuk memperlambat langkah tapering terhadap stimulus mereka. "Kondisi ini tentunya menguntungkan mata uang Asia, seperti rupiah dan rupe. Apalagi situasi di Rusia dan Ukraina mulai mereda," imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Rupiah dan rupe toreh penguatan terbesar di Asia
JAKARTA. Mata uang Asia menuju penguatan terbaik mingguan sejak September 2012 pada pekan ini. Penguatan terbesar disumbang oleh rupiah dan rupe. Penguatan mata uang regional ini tercermin pada pergerakan indeks Bloomberg-JPMorgan Asia Dollar yang naik 0,7% dalam lima hari terakhir. Sementara itu, rupiah menunjukkan keperkasaan terbesar dengan menguat 1,7% menjadi 11.415 per dollar AS pada pekan ini per pukul 10.54 WIB. Posisi kedua ditempati oleh rupe yang menguat 1,2% menjadi 61,03. Sementara itu, mata uang Asia lainnya juga terlihat perkasa. Misalnya saja baht Thailand menguat 0,9% menjadi 32,278 dan ringgit Malaysia menguat 0,6% menjadi 3,2564. Ada beberapa faktor yang memacu pergerakan mata uang Asia. Salah satunya, ada sinyal proses pemulihan ekonomi AS sedikit tersendat sehingga memicu spekulasi bahwa the Federal Reserve akan memperlambat langkah tapering stimulus. Selain itu, kecemasan mengenai intervensi militer Rusia terhadap Ukraina mulai mereda. Kondisi ini membuat investor mulai beralih ke aset-aset berisiko yang menawarkan yield lebih tinggi. "Secara keseluruhan, data ekonomi AS mencatatkan penurunan secara mengejutkan karena cuaca buruk," jelas Sim Moh Siong, foreign exchange strategist Bank of Singapore Ltd. Menurutnya, kondisi tersebut akan memicu the Fed untuk memperlambat langkah tapering terhadap stimulus mereka. "Kondisi ini tentunya menguntungkan mata uang Asia, seperti rupiah dan rupe. Apalagi situasi di Rusia dan Ukraina mulai mereda," imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News