JAKARTA. Pergerakan rupiah pada transaksi pagi ini (24/2) tampak perkasa. Di pasar non deliverable forwards (NDF), misalnya, pada pukul 10.09 WIB nilai kontrak rupiah untuk pengantaran satu bulan ke depan menguat 0,3% menjadi 11.705 per dollar. Bahkan pada transaksi sebelumnya, kontrak yang sama menunjukkan posisi 11.689 per dollar AS. Ini merupakan level paling perkasa sejak 18 Februari lalu. Sementara, nilai kontrak rupiah di pasar spot menguat 0,2% menjadi 11.715 per dollar AS. Artinya, kontrak rupiah di pasar NDF lebih perkasa 0,1% dibanding pasar spot. Penguatan rupiah terjadi setelah pasar saham Indonesia berhasil menarik dana asing yang nilainya melonjak signifikan dalam sepekan terakhir. "Arus dana asing yang masuk ke pasar saham didorong oleh data fundamental Indonesia. Namun, reli akan terbatas menjelang pengumuman data perdagangan Januari yang dijadwalkan pekan depan. Data tersebut akan menunjukkan bagaimana dampak pelarangan hasil tambang," jelas Mika Martumpal, head of treasury research and strategy PT Bank CIMB Niaga di Jakarta. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Rupiah di pasar spot & NDF sama-sama menguat
JAKARTA. Pergerakan rupiah pada transaksi pagi ini (24/2) tampak perkasa. Di pasar non deliverable forwards (NDF), misalnya, pada pukul 10.09 WIB nilai kontrak rupiah untuk pengantaran satu bulan ke depan menguat 0,3% menjadi 11.705 per dollar. Bahkan pada transaksi sebelumnya, kontrak yang sama menunjukkan posisi 11.689 per dollar AS. Ini merupakan level paling perkasa sejak 18 Februari lalu. Sementara, nilai kontrak rupiah di pasar spot menguat 0,2% menjadi 11.715 per dollar AS. Artinya, kontrak rupiah di pasar NDF lebih perkasa 0,1% dibanding pasar spot. Penguatan rupiah terjadi setelah pasar saham Indonesia berhasil menarik dana asing yang nilainya melonjak signifikan dalam sepekan terakhir. "Arus dana asing yang masuk ke pasar saham didorong oleh data fundamental Indonesia. Namun, reli akan terbatas menjelang pengumuman data perdagangan Januari yang dijadwalkan pekan depan. Data tersebut akan menunjukkan bagaimana dampak pelarangan hasil tambang," jelas Mika Martumpal, head of treasury research and strategy PT Bank CIMB Niaga di Jakarta. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
