KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar rupiah melemah dibayangi kekhawatiran perekonomian global. Tren pelemahan mata uang garuda diperkirakan berlanjut di perdagangan besok, Selasa (22/10). Mengutip Bloomberg, Senin (21/10), kurs rupiah spot ditutup pada posisi Rp 15.504 per dolar Amerika Serikat (AS) atau melemah 0,15% daripada posisi akhir pekan lalu.
Sedangkan, rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) menguat tipis 0,006% ke level Rp 15.465 per dolar AS. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat, nilai tukar rupiah melemah terbatas hari ini sejalan dengan sentimen pasar terkait kekhawatiran terhadap perekonomian global.
Pada awal sesi perdagangan, rupiah cenderung terapresiasi setelah bank sentral China, People's Bank of China (PboC) memotong suku bunga 1 tahun dan 5 tahun sebesar masing-masing 25 bps. Jumlah tersebut lebih agresif dibandingkan dengan ekspektasi pasar, yang memperkirakan pemotongan 15 bps saja. Namun demikian, rupiah berbalik melemah terhadap dolar AS pada sesi perdagangan siang hari yang dipengaruhi oleh kekhawatiran terkait prospek perekonomian global. Kekhawatiran muncul terhadap tarif impor AS, jika mengasumsikan kemenangan Trump dalam pemilu November mendatang dan perkembangan ekonomi China. "Alhasil, rupiah melemah 0,19% ke level Rp 15.495 per dolar AS," ungkap Josua kepada Kontan.co.id, Senin (21/10).
Baca Juga: Tren Bullish IHSG Berlanjut, Cermati Saham Rekomendasi Analis pada Selasa (22/10) Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan rupiah hari ini sejalan dengan penguatan dolar AS. The Greenback solid karena peluang Calon Presiden Donald Trump terpilih dalam pilpres AS semakin meningkat. Selain itu, konflik Timur Tengah tetap menjadi fokus, yang telah meningkat selama akhir pekan karena Israel terus melancarkan serangannya terhadap Hamas dan Hizbullah, masing-masing di Gaza dan Lebanon.
Israel juga mengatakan berencana untuk menyerang lokasi-lokasi di Beirut yang terkait dengan keuangan Hizbullah. Kemudian, lanjut Ibrahim, pergerakan nilai tukar turut dipengaruhi langkah Bank Rakyat Tiongkok (PBoC) memangkas suku bunga acuan pinjaman, sedikit lebih dari yang diharapkan. Suku bunga pinjaman pokok atau Loan Prime Rate (LPR) satu tahun diturunkan menjadi 3,10% dari 3,35%, sedangkan suku bunga lima tahun dikurangi menjadi 3,60% dari 3,85%. Dari dalam negeri, Ibrahim menilai bahwa dimulainya pemerintahan baru justru disambut negatif oleh pasar. Hal itu karena jumlah kabinet Prabowo-Gibran begitu banyak dan cenderung obesitas.
Baca Juga: Rupiah Jisdor Menguat Tipis 0,006% ke Rp 15.465 Per Dolar AS Pada Senin (21/10) Jumlah Kabinet Merah Putih terbanyak di Asia Pasifik, bahkan bisa jadi terbanyak di dunia dengan jumlah menteri dan wakil menteri mencapai 105. Sedangkan, rata-rata jumlah menteri di Negara Asia Pasifik sebanyak 22 menteri saja.
”Nama-nama susunan kabinet yang sudah di umumkan merupakan aksi balas budi, yang selama ini sudah habis-habisan membela Prabowo-Gibran saat pemilihan presiden. Aksi balas budi ini yang membuat pasar merespons negatif," jelas Ibrahim dalam risetnya, Senin (21/10). Menurut Ibrahim, rupiah kemungkinan masih akan lanjutkan tren pelemahan di perdagangan Selasa (22/10). USD/IDR diperkirakan bakal diperdagangkan pada level Rp 15.490 per dolar AS–Rp 15.580 per dolar AS. Josua turut melihat adanya kemungkinan rupiah melemah terbatas seiring dengan potensi pemulihan beberapa data indikator manufaktur AS.
Rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp 15.450 per dolar AS–Rp 15.550 per dolar AS pada Selasa (22/10). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati