Rupiah didukung data penjualan obligasi



JAKARTA. Rupiah diprediksi masih bisa rebound pada Rabu (19/8). Namun, analis khawatir penguatan lanjutan itu tidak akan berlangsung lama karena tren rupiah masih bearish.

Di pasar spot, Selasa (18/8), posisi rupiah terhadap USD naik 0,16% ke Rp 13.800 dibandingkan hari sebelumnya. Sementara, kurs tengah Bank Indonesia, rupiah melemah 0,49% ke Rp13.831.

Nizar Hilmy, Analis PT SoeGee Futures menjelaskan bahwa penguatan rupiah didukung oleh keberhasilan Indonesia menjual obligasi di atas target, sebesar 12 triliun. Selain itu, kata Nizar, ada data surplus perdagangan Indonesia yang bertambah US$ 1,3 miliar selama Juli lalu.


Namun, Nizar menyatakan bahwa surplus perdagangan ini lebih dikarenakan pengurangan impor, sementara ekspor juga anjlok. Nizar mengatakan bahwa impor Indonesia sudah turun 28% karena depresiasi rupiah beberapa waktu ini.

“Kenyataan itu mengindikasikan ekonomi Indonesia masih lesu. Ekspor merosot karena harga komoditas merosot,” ujar Nizar.

Nizar menjelaskan bahwa batu bara dan minyak sawit merupakan sumber devisa negara terbesar. Saat ini, eskpor batu bara telah turun 22% dan minyak sawit turun 7%. “Di saat yang sama, permintaan terhadap USD meningkat, meskipun impor sedang turun. USD juga didukung dengan prospek kenaikan suku bunganya,” lanjut Nizar.

Pada Rabu (19/8), Nizar menduga tidak menutup kemungkinan untuk potensi kelanjutan penguatan rupiah, Namun, Nizar yakin bahwa rebound lanjutan itu tidak akan bertahan lama karena kondisi yang memberatkan rupiah, baik dari eksternal maupun domestik.

Oleh karena itu, Nizar menduga pada Rabu (19/8), rupiah akan bergerak di kisaran Rp13.750 – Rp13.850.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie