Rupiah Diperkirakan Menguat Terbatas pada Senin (18/9), Ini Penyebabnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan Rupiah diperkirakan menguat terbatas di perdagangan Senin (18/9). Rupiah masih di bawah bayang-bayang keputusan suku bunga The Fed dan Bank Indonesia (BI) di pekan ini.

Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana memperkirakan rupiah akan sedikit terapresiasi di perdagangan Senin (18/9). Pergerakan rupiah akan ditopang oleh surplus neraca perdagangan Indonesia yang dirilis akhir pekan, Jumat (15/9).

Neraca perdagangan Indonesia berhasil mencetak surplus US$ 3,12 miliar pada Agustus 2023 dibandingkan capaian bulan sebelumnya sebesar US$ 1,31 miliar. Surplus neraca perdagangan Indonesia merupakan capaian selama 40 bulan secara berturut-turut sejak Mei 2020.


Selain itu, indeks dolar AS (DXY) bergerak melemah di perdagangan akhir pekan. Sentimen ini bisa memberikan ruang penguatan bagi mata uang lainnya termasuk rupiah.

Baca Juga: Simak Arah IHSG dan Rekomendasi Saham Pilihan di Pekan FOMC The Fed & RDG BI

Hanya saja, penguatan rupiah kemungkinan terbatas karena investor bakal wait and see jelang pertemuan FOMC pada 19 – 20 September 2023. Investor turut menanti pertemuan Bank Indonesia pada Rapat Dewan Gubernur BI (RDG BI) pada 20 -21 September 2023.

“Pergerakan rupiah akan terapresiasi namun tipis,” ungkap Fikri saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (17/9).

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mencermati, The Fed akan mempertahankan sikap hawkish seiring data penjualan ritel AS meningkat 0,6% pada bulan Agustus dibandingkan perkiraan kenaikan 0,2% berkat dorongan dari harga bensin yang lebih tinggi.

Sementara itu, harga produsen AS naik lebih dari yang diperkirakan pada bulan Agustus.

“Federal Reserve diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunganya pada pertemuan minggu depan, namun ketahanan perekonomian kemungkinan mendorong bank sentral AS untuk mengulangi sikap hawkish-nya,” jelas Ibrahim dalam riset harian, Jumat (15/9).

Dia menyoroti sebagian besar perekonomian Tiongkok juga masih berada di bawah tekanan. Investasi aset tetap yang mewakili belanja modal oleh dunia usaha, tumbuh kurang dari perkiraan pada bulan Agustus, sementara harga rumah menurun selama sepuluh bulan berturut-turut.

Walaupun demikian, rupiah akan terangkat sentimen positif dari surplus neraca perdagangan selama 40 bulan sejak Mei 2020. Ke depan, kinerja ekspor impor Indonesia diperkirakan masih bakal mengalami surplus.

Baca Juga: Menakar Prospek Pasar Saham di Era Suku Bunga Tinggi

Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada rentang  Rp 15.320 per dolar AS - Rp 15.390 per dolar AS di perdagangan Senin (18/9). Sedangkan Fikri memprediksi rupiah bergerak dalam rentang Rp 15.230 per dolar AS – Rp 15.430 per dolar AS di perdagangan Senin (18/9).

Adapun nilai tukar rupiah bergerak melemah 0,17% secara mingguan ke level Rp 15.328 per dolar AS di akhir perdagangan Jumat (15/9). Secara harian, rupiah melemah tipis 0,007% di perdagangan akhir pekan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi