Rupiah diprediksi bergerak terbatas, sentimen eksternal jadi pemberat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kombinasi sentimen eksternal dan internal diprediksi menekan pergerakan nilai tukar rupiah pada pekan ini. Sentimen eksternal dari meningkatnya potensi resesi di Amerika Serikat (AS) serta lonjakan kasus virus corona menjadi penahan laju rupiah.   

Mengutip Bloomberg, pekan lalu kurs spot rupiah menguat tipis 0,07% di level Rp 14.600 per dolar AS pada perdagangan Kamis (30/7). Sementara itu, pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau Jisdor, rupiah mencatatkan pelemahan sebanyak 0,27% ke level Rp 14.653 per dolar AS pada penutupan pekan lalu.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara memperkirakan, nilai tukar rupiah masih melemah pada sesi perdagangan pekan depan. Faktornya lebih kepada resesi di AS yang cukup dalam dibandingkan hasil konsensus para ekonom.


"Ini membuat pelaku pasar global cenderung main aman dan memilih safe haven seperti surat utang pemerintah dan emas," ujar Bhima kepada Kontan.co.id, Minggu (2/8).

Baca Juga: Kurs rupiah diprediksikan melemah pada awal pekan

Selain itu, pelaku pasar juga memantau perkembangan untuk melihat risiko sebelum masuk ke pasar saham, yang mana saat ini pergerakannya dianggap masih terlalu fluktuatif. Alhasil, net sells atau aksi jual di bursa saham tercatat nyaris mendekati Rp 2 triliun dalam sepekan terakhir.

Adapun sentimen dari domestik, seperti faktor progres realisasi anggaran pasca pembentukan komite pemulihan ekonomi, masih menjadi sentimen yang ditunggu-tunggu pelaku pasar. Di sisi lain, masih tingginya kasus positif Covid-19 masih menjadi kekhawatiran pelaku pasar.

Untuk itu, Bhima memperkirakan pergerakan rupiah masih berpeluang tertekan pekan depan dan bergerak di rentang Rp 14.700 -Rp 14.790 per dolar AS. "Dominasi pergerakan rupiah lebih dipengaruhi sentimen eksternal, seperti pengumuman data resesi di negara maju," ujar Bhima.

Baca Juga: Terkoreksi 0,07% di pekan ini, bagaimana nasib rupiah di pekan depan?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari