Rupiah diprediksi fluktuatif pada pekan depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pekan ini, rupiah akhirnya bertenaga menjelang akhir pekan. Bahkan penguatannya termasuk yang paling bagus di pasar Asia. Sejak Rabu (10/10), bursa Amerika Serikat (AS) sempat anjlok sehingga berdampak pada mata uang regional Asia.

Adanya aksi jual dalam bursa seperti di Hong Kong, Taiwan termasuk Indonesia berdampak pada nilai tukar masing-masing negara. Jumat (10/10), rupiah mengalami penguatan 0,25% ke level Rp 15.197 per dollar Amerika Serikat (AS) di pasar spot.

Meskipun begitu, rupiah tetap melemah tipis 0,09% selama sepekan. Sama halnya dengan pasar spot, rupiah juga menguat 0,39% menjadi Rp 15.194 per dollar AS dalam data kurs tengah versi Bank Indonesia (BI). Dalam sepekan, rupiah terapresiasi tipis sebesar 0,08%.


Chief Economist Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro mengatakan, pencabutan dana asing di bursa-bursa saham regional memberikan tekanan nilai tukar di Asia. Ada kemungkinan bank sentral AS Federal Reserve harus menaikkan suku bunganya lebih drastis dari perkiraan pasar.

Selain itu pergerakan rupiah juga dipengaruhi oleh stimulus yang diberikan People’s Bank of China (PBoC) yang memangkas Giro Wajib Minimum (GWM). Pemangkasan sebesar 1% ini merupakan langkah untuk membatasi ekonomi Tiongkok yang terhambat akibat kebijakan preteksionisme AS.

Namun dari sisi domestik, ia tidak melihat adanya dampak yang berarti dari kebijakan pemerintah dalam menaikkan bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi beberapa waktu lalu.

Sebaliknya, Direktur Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan penutupan pasar akhir pekan ini berkat kenaikkan bahan bakar minyak cukup bagus untuk menutup defisit neraca perdagangan. “Kebutuhan bahan bakar kita cukup besar soalnya. Walaupun baru non subsidi tapi sudah cukup membangkitkan pasar kembali,” ujar Ibrahim. Tidak hanya itu, kebijakan Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) yang kini sudah berjalan membuat banyak investor yang sudah menggunakan jasa tersebut untuk melakukan hedging.

“Perekonomian Uni Eropa pasca Inggris keluar justru mengalami perbaikan, tetapi Italia sampai saat ini masih bergejolak politiknya,” jelas Ibrahim. Namun ia tetap tidak memungkiri tetap ada kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi di Eropa meskipun konflik antara AS dan Eropa sudah dalam tahap win-win solution. Ia juga memprediksi isu trade war akan kembali muncul minggu depan.

Satria memprediksikan rupiah berpotensi menguat pada Senin (15/10) di kisaran Rp 15.140-15.180 per dollar AS. Sedangkan Ibrahim memproyeksikan rupiah berada dalam rentang di level Rp 15.120-Rp 15.240 per dollar AS.

“Ada kemungkinan besar terjadi fluktuasi, dibuka menguat namun bisa ditutup melemah. Perekonomian Indonesia cukup bagus, pemerintah mungkin merasa lega tapi harus tetap memikirkan kembali cara untuk mempertahankannya,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati