KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seiring sentimen eksternal yang cenderung positif, rupiah diprediksi dapat melanjutkan penguatan di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada awal pekan ini. Analis Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan, sentimen dari geopolitik antara AS dan Iran yang berangsur kondusif membuat pasar global lebih tenang. Seperti diketahui, pasca penyerangan Iran ke pangkalan militer AS di Irak pada Selasa (7/1) hingga Rabu (8/1), Negeri Paman Sam secara mengejutkan tidak membalas secara militer melainkan melalui penerapan sanksi ekonomi. “Selama AS dan Iran tidak memberikan sentimen terbaru terkait perang, rupiah masih memiliki potensi menguat terhadap dolar AS,” kata dia.
Baca Juga: Rupiah Bertaji Berkat Faktor Domestik Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf menambahkan, selain sentimen positif dari geopolitik AS dan Iran, penguatan rupiah mendapat dorongan dari kesepakatan dagang fase I antara AS dan China. Melansir dari Reuters, Wakil Perdana Menteri China Lie He telah berkomunikasi dengan AS perihal kesepakatan perdagangan. Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menyebut, kesepakatan dagang fase pertama ini akan ditandatangani pada 15 Januari mendatang. Walau dinaungi sejumlah sentimen positif dari eksternal, mata uang Garuda tetap harus waspada. Mengingat, dari dalam negeri, masih ada beberapa katalis negatif. Salah satunya datang dari data neraca perdagangan. "Neraca dagang diperkirakan masih akan defisit," ujar Alwi. Asal tahu saja, data neraca dagang bakal dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada Rabu (15/1) mendatang.