KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah ditutup menguat tipis pada perdagangan Selasa (21/11). Pergerakan nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh turunnya kinerja dolar AS. Mengutip Bloomberg, Selasa (21/11), rupiah spot ditutup menguat tipis 0,03% ke level Rp 15.440 per dolar AS. Sementara itu rupiah jisdor Bank Indonesia (BI) justru ditutup melemah 0,11% ke Rp 15.436 per dolar AS. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, nilai tukar rupiah dibuka menguat pada perdagangan hari ini, Selasa (21/11). Penguatan rupiah sejalan dengan sentimen risk-on yang berlanjut akibat melemahnya indikator perekonomian AS.
Dari domestik, Bank Indonesia pada hari ini merilis data transaksi berjalan Indonesia pada kuartal III-2023 yang tercatat defisit 0,25% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang mencatat defisit sebesar 0,65% terhadap PDB. Baca Juga: Kurs Rupiah Menguat Tipis 0,03% ke Rp 15.440 Per Dolar AS, Selasa (21/11) Hanya saja, Josua menilai bahwa defisit transaksi berjalan Indonesia kuartal ketiga 2023 yang terpantau menurun, dampaknya cenderung terbatas terhadap sentimen domestik. Alhasil, penguatan Rupiah cenderung terbatas hingga penutupan sesi perdagangan. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menambahkan, adanya sentimen positif dari laporan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2023. NPI pada kuartal III 2023 menunjukkan perbaikan signifikan dengan mencatat defisit US$ 1,5 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada kuartal sebelumnya sebesar US$ 7,4 miliar. Dari pasar Asia timbul optimisme terhadap Tiongkok yang sedang mempersiapkan lebih banyak dukungan kebijakan untuk sektor properti yang sedang terpuruk di negara tersebut. Dimana permasalahan sektor properti merupakan salah satu penyebab melambatnya pertumbuhan ekonomi negara-negara ekonomi terbesar kedua di dunia. Di sisi lain, Ibrahim mengatakan bahwa Dollar AS sendiri melemah karena membaiknya sentimen risiko dan ekspektasi bahwa Federal Reserve alias The Fed akan menghentikan kenaikan suku bunga. Hal tersebut terjadi ketika imbal hasil obligasi AS telah jatuh ke level terendah dalam dua bulan, yang mengindikasikan potensi pergeseran arah kebijakan moneter. “Data Indeks Harga Konsumen (CPI) yang lebih lemah dari perkiraan telah menyebabkan pasar mengantisipasi kemungkinan penurunan suku bunga oleh The Fed pada awal bulan Maret,” ungkap Ibrahim dalam riset harian, Selasa (21/11). Ibrahim menyebutkan, rilis risalah FOMC sebelum Thanksgiving akan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai pendekatan bank sentral menyusul laporan terbaru yang menunjukkan penurunan tekanan inflasi. Baca Juga: Kurs Rupiah Menguat Tipis 0,03% ke Rp 15.440 Per Dolar AS, Selasa (21/11)