KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kurs rupiah diperkirakan bakal makin tertekan. Pada pekan terakhir kuartal I 2025, rupiah di pasar spot sempat terperosok ke level Rp 16.641 pada Selasa (25/3).

Namun, rupiah berhasil menguat di hari terakhir perdagangan sebelum libur Lebaran atau Kamis (27/3), di level Rp 16.566 per dolar AS.

Namun selama diperdagangkan di pasar non-deliverable forward (NDF) dalam periode libur Lebaran, rupiah mengalami fluktuasi yang tajam. Pada Jumat (4/4) lalu, rupiah bahkan tembus ke level Rp 17.006 per dolar AS.

BAIC Indonesia Resmi Kenalkan BJ30 Hybrid, Kendaraan Bertenaga yang Efisien

Analis Doo Financial Futures Lukman Leong menilai volatilitas rupiah di pasar NDF masih akan berlanjut di pasar spot nanti.

“Volatile pastinya. Walau indeks dolar AS sendiri turun, namun rupiah juga masih terbebani sentimen domestik yang lemah,” ungkap Lukman kepada Kontan.co.id, Sabtu (5/4).

Baca Juga: Rupiah Spot Menguat pada Jumat (4/4) Pagi, Indeks Dolar Melemah

Kebijakan tarif impor tinggi Amerika Serikat (AS) dinilai menjadi faktor pendorong utama melemahnya rupiah. Kata Lukman, tidak ada sentimen positif yang bisa mengerek naik nilai rupiah selama tidak ada perubahan terkait kebijakan tarif AS. 

Bahkan data inflasi Indonesia atau AS sekalipun. “Walau merupakan data penting, namun dampaknya tidak akan besar karena investor lebih fokus pada trade war,” imbuhnya.

Untuk diketahui, Presiden AS Donald Trump memasang tarif tinggi kepada sejumlah negara pengimpornya. Misalnya, China dikenakan tarif total 54%, Vietnam 46%, dan Jepang 24%. Indonesia juga ikut kena, dengan tarif sebesar 32%. 

Kebijakan ini dinilai akan memancing perang dagang dan membawa ketidakstabilan ekonomi secara global. Alhasil, sentimen risk-off muncul dan menarik investor dari aset-aset emerging seperti valuta rupiah.

Pada hari pertama rupiah kembali ke pasar spot, Senin (7/4) nanti, Lukman memproyeksi pergerakannya akan berada di rentang Rp 16.550 – Rp 16.700 per dolar AS.

Baca Juga: Mata Uang Rupiah Semakin Tertekan Akibat Tarif Terbaru Trump

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News