Rupiah Diprediksi Melemah, Hari Ini (26/5), Bertahan di Bawah Rp 15.000 per Dolar AS



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi lanjut melemah pada perdagangan hari ini, Jumat (26/5). Chief Analyst DCFX Futures Lukman Leong mengatakan, rupiah diperkirakan masih di bawah tekanan penguatan dolar AS.

Sentimen masih seputar ketidakpastian dalam penyelesaian plafon utang AS yang berpotensi menyebabkan gagal bayar. Namun, Lukman melihat pelemahan rupiah kemungkinan akan terbatas.

"Pasalnya, Bank Indonesja dalam rapat kemarin bernada hawkish, baik untuk ekonomi maupun rupiah," kata Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (25/5).


Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, penguatan dolar AS dipengaruhi oleh ekspektasi pelaku pasar terkait kemungkinan The Fed untuk kembali menaikkan suku bunganya pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Juni mendatang.

Baca Juga: Rupiah Diprediksi Melemah Terbatas pada Jumat (26/5), Cermati Sentimennya

Sentimen risk-off juga memengaruhi pasar keuangan global di tengah potensi rating upgrade pemerintah AS oleh Fitch di tengah potensi gagal bayar utang AS. Sebagaimana diketahui, pemerintah dan kongres AS belum mencapai kesepatan terkait kenaikan plafon utang AS. 

Menurut Josua, pasar akan mencermati perkembangan negosiasi antara kongres dan pemerintah AS mengenai kenaikan plafon utang tersebut. 

"Dari sisi data ekonomi, pelaku pasar akan menantikan rilis data pertumbuhan ekonomia AS kuartal I-2023 serta data initial jobless claim AS," ucap Josua. 

Keduanya memprediksi, rupiah akan melemah tipis dalam rentang Rp 14.900-Rp 15.000 per dolar AS pada Jumat (26/5). Rupiah masih akan bertahan di bawah level Rp 15.000 per dolar AS. 

Sebagai informasi, berdasarkan data Bloomberg, rupiah melemah sebesar 0,35% ke level Rp 14.953 per dolar AS pada perdagangan Kamis (25/5). Menurut kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) BI, nilai tukar rupiah berada di angka Rp Rp 14.952, melemah 0,31% dari Rp 14.905 pada hari sebelumnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi