Rupiah Diprediksi Melemah Senin (9/12), Ini Katalis Pendorongnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah diroyeksi mengalami tekanan pada pekan ini. Berbeda dengan pekan lalu, di mana rupiah menguat walaupun tipis dari dolar Amerika Serikat (AS). 

Asal tahu saja, Jumat (6/12), rupiah spot ditutup pada posisi Rp 15.845 per dolar AS. Rupiah tercatat menguat sekitar 0,11% secara harian, serta naik tipis 0,01% dari level akhir pekan lalu Rp 15.847 per dolar AS. 

Sementara, kurs Rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) ditutup pada posisi Rp 15.848 per dolar AS, Jumat (6/12). Rupiah Jisdor menguat 0,27% dari posisi kemarin, namun melemah 0,34% dalam sepekan terakhir dari posisi Rp 15.856 per dolar AS.


Baca Juga: Rupiah Spot Ditutup Menguat ke Rp 15.845 Per Dolar AS Pada Hari Ini (6/12)

Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan, penguatan rupiah ditopang oleh sentimen dari data penggajian nonpertanian utama untuk November. 

Data tersebut kemungkinan akan menjadi faktor dalam prospek penurunan suku bunga. Kekuatan di pasar tenaga kerja mengurangi dorongan Fed untuk memangkas suku bunga. Tanda-tanda pemangkasan suku bunga ini memberikan sedikit angin segar bagi pergerakan rupiah. 

"Data penggajian juga muncul beberapa minggu sebelum pertemuan terakhir Fed untuk tahun ini, di mana bank sentral diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin," jelas Ibrahim dalam risetnya, Jumat (6/12). 

Baca Juga: Prospek Mata Uang Komoditas Masih Tertekan Tahun Depan, Ini Penyebabnya!

Sementara pekan depan, Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan sentimen eksternal akan terus membayangi rupiah dalam pelemahan. 

"Investor menantikan data inflasi AS minggu depan. Data tenaga kerja AS NFP yang lebih kuat dari perkiraan yaitu naik dari 2.6% menjadi 2.7% berpotensi menekan rupiah," jelas Lukman, Jumat (6/12). 

Selain itu, Lukman bilang situasi geopolitik juga perlu diwaspadai karena berpotensi kembali menekan rupiah. Ia menyebut belakangan Syria tengah memanas. 

Dari sisi domestik, data indeks kepercayaan konsumen akan dirilis pada hari Senin dan penjualan ritel pada hari Selasa. Data tersebut diproyeksinya bakal lebih rendah dan belum mampu membuat rupiah bertahan. 

Lukman memproyeksi rupiah masih belum mampu keluar dari tekanan eksternal. Untuk Senin (9/12), prediksinya rupiah akan melemah di kisaran Rp 15.800-Rp15.900 per dolar AS. 

Sementara Ibrahim mengatakan mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif, namun Ia optimistis rupiah ditutup menguat dalam rentang Rp 15.800-Rp15.850 per dolar AS pada Senin (9/12). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih