Rupiah Diprediksi Menguat Pekan Depan, Simak Kata Kepala Ekonom Bank Permata



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah di pasar spot tercatat melemah 0,26% ke level Rp 15.695 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (10/11). Namun, dalam sepekan, rupiah masih menguat 0,20% dari level penutupan Jumat lalu di Rp 15.727.

Sementara berdasarkan kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), rupiah melemah 0,28% ke level Rp 15.693 per dolar pada Jumat (10/11). Sementara dalam sepekan, rupiah menguat hingga 0,49% dari level penutupan akhir pekan lalu di Rp 15.771.

Baca Juga: Dolar AS Kembali Melemah Dibanding Pekan Lalu, Waktu Tepat untuk Beli?


Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, pelemahan rupiah pada Jumat (10/11) terjadi akibat pernyataan Kepala The Fed Jerome Powell pada Kamis (9/11). Powell menyatakan bahwa masih terlalu dini untuk memastikan The Fed sudah selesai dalam menangani inflasi. 

Powell juga menyampaikan bahwa The Fed masih membuka ruang untuk menaikkan suku bunga acuannya. Selain itu, data initial jobless claims AS cenderung turun dibandingkan sebelumnya sehingga memberikan sinyal bahwa pasar tenaga kerja masih cenderung ketat. 

"Faktor-faktor tersebut mendorong sentimen risk-off di pasar keuangan global," kata Josua saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (10/11).

Baca Juga: Rupiah Melemah pada Jumat (10/11) tapi Masih Menguat dalam Sepekan

Sementara sepanjang pekan in, penguatan rupiah ditopang oleh sentimen data ketenagakerjaan AS di awal pekan. Sayangnya, pernyataan dari pejabat The Fed di pekan ini memangkas apresiasi rupiah. 

Untuk pekan depan, Josua memperkirakan rupiah akan bergerak menguat sejalan dengan proyeksi perlambatan inflasi AS, yang akan rilis pada Selasa (14/10) malam. Rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp 15.600-Rp 15.725 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto