Rupiah diprediksi tersokong suku bunga BI dan data inflasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat diproyeksikan kembali menguat pada perdagangan Senin (2/7). Hal ini dengan catatan, data inflasi Indonesia bulan Juni menunjukkan hasil yang sesuai ekspektasi, yakni lebih rendah dari tahun lalu.

Analis Pasar Uang Bank Mandiri, Reny Eka Putri mengatakan, data inflasi Indonesia bulan Juni yang dirilis besok, dapat menjadi katalis positif yang berpengaruh pada pergerakan rupiah. Di samping itu, rupiah juga masih ditopang sentimen positif dari kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 50 bps menjadi 5,25%.

Kenaikan tersebut mampu meredam pelemahan rupiah yang sempat menembus level terburuk, yakni Rp 14.394 pada tengah pekan kemarin. “Kebijakan BI kali ini dapat respons positif karena di luar ekspektasi pasar yang sebelumnya berharap suku bunga acuan hanya naik 25 bps,” kata Reny.


Selain itu, Reny yakin BI akan terus berada di pasar untuk melakukan intervensi dan memastikan nilai tukar rupiah tidak akan melemah terlalu dalam.

Pasalnya, saat ini sentimen negatif yang menghantui mata uang negara-negara regional cukup besar. Selain berhadapan dengan ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif di sisa tahun ini, rupiah juga menghadapi tantangan dari perang dagang antara AS dan negara besar lainnya.

Efek perang dagang memukul rupiah lantaran China memutuskan untuk melemahkan mata uang yuan agar produk-produknya tetap kompetitif. “Mata uang di negara emerging market lantas ikut melemah,” imbuhnya.

Reny memperkirakan, besok, rupiah akan bergerak menguat di kisaran Rp 14.100-Rp 14.300 per dollar AS.

Sebagai informasi, Jumat (29/6), kurs rupiah di pasar spot berada di level Rp 14.330 per dollar AS. Jika dibandingkan dengan perdagangan sehari sebelumnya, rupiah menguat 0,44%. Namun, dalam sepekan terakhir, rupiah melemah 1,73%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini