KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meskipun begitu, rupiah spot berhasil
rebound 0,25% hari Selasa (14/2) ke Rp 15.167 per dolar AS. Demikian juga, kurs rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) pada Selasa menguat 0,31% ke Rp 15.168 per dolar AS. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, pergerakan rupiah terhadap dolar AS dalam jangka pendek ini masih akan sangat dipengaruhi bagaimana arah suku bunga The Fed dan inflasi di AS. Menurut Josua, data tenaga kerja AS, terindikasi dari
Nonfarm Payroll dan tingkat pengangguran masih mencerminkan bahwa kondisi ketenagakerjaan masih cenderung ketat.
Baca Juga: Simak Proyeksi Rupiah untuk Perdagangan Rabu (15/2) “Selain itu, pejabat The Fed juga mengeluarkan komentar bahwa bank sentral AS itu masih berpotensi untuk kembali menaikkan tingkat suku bunga acuan sampai dengan 5,25%,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (14/2). Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan, pelemahan rupiah yang terjadi di awal perdagangan minggu ini terjadi karena pasar masih menanti akan seperti apa inflasi di AS. Menurut Fikri, kekhawatiran pasar memang agak meningkat sejak Januari 2023. “Ada ekspektasi kenaikan Fed Rate lanjutan, mengingat inflasi AS saat ini masih di atas 6,5%,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (14/2). Fikri memaparkan, sentimen dalam negeri yang menyebabkan pelemahan rupiah adalah ada ekspektasi penurunan surplus neraca dagang di bulan Januari 2023 yang akan dirilis besok. “Ini yang membuat market agak sedikit berhati-hati sejak awal pekan ini,” ungkapnya. Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengatakan, masih ada ketidakpastian ekonomi global yang terancam melambat pertumbuhannya. Menurut Alwi, International Moneter Fund (IMF) pada bulan Januari 2023 memang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di tahun ini lebih baik daripada proyeksi mereka di bulan Oktober 2022.
Baca Juga: Angka Inflasi AS Berpotensi Naik, Rupiah Ditutup Melemah Hari ini (13/2) Pada bulan Januas 2023, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 sebesar 2,9%. Proyeksi itu lebih tinggi 0,2% dari perkiraan IMF pada bulan Oktober 2022. “Namun, pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 melambat, karena berada di bawah rata-rata sebesar 3,8%,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (14/2). Menurut Alwi, hal itu membuat sejumlah aset berisiko mengalami penurunan valuasi, termasuk rupiah. “Ketika sentimen memburuk, kemungkinan bisa menyurutkan minat aset-aset berisiko, seperti mata uang, termasuk rupiah,” ungkapnya. Josua memperkirakan range rupiah pada semester I 2023 akan ada di level Rp 15.000 – 15.300 per dolar AS. Sedangkan, di akhir tahun 2023, rupiah diprediksi Josua bisa berada di kisara Rp 15.000 – 15.400 per dolar AS.
Baca Juga: Kurs Rupiah Masih Digerakkan Nada Hawkish Fikri memproyeksikan rupiah di semester I 2023 akan berkisar pada Rp 15.210 per dolar AS. Sedangkan, rupiah diprediksi Fikri bisa menyentuh Rp 15.400 per dolar AS di akhir tahun 2023. Sementara, Alwi memprediksi rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.815 – 15.380 per dolar AS sepanjang tahun 2023. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli