KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah berakhir melemah pada akhir perdagangan hari ini, Senin (11/11). Berdasarkan
Bloomberg, kurs rupiah di pasar spot melemah 0,11% dalam sehari ke level Rp 15.689 per dolar Amerika Serikat (AS). Di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah juga melemah 0,03% dalam sehari ke level Rp 15.677 per dolar AS. Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan, para pelaku pasar tengah berhati-hati dan mengkalkulasi ulang strateginya dengan sentimen kemenangan Donald Trump sebagai presiden AS. Kebijakan ekonomi Donal Trump yang menginginkan perbaikan ekonomi dalam negeri membuat pelaku pasar cemas karena prospek suku bunga acuan The Fed akan tetap tinggi. Adapun saat ini suku bunga The Fed tengah berada pada kisaran 4,50%-4,75% setelah mengalami pemangkasan sebanyak dua kali.
"Banyak kalangan memperkirakan langkah pemangkasan suku bunga Amerika ke depan tidak akan seagresif sebelumnya. Hal ini membuat pasar lebih berhati-hati, sehingga menekan arus modal masuk ke
emerging markets, termasuk Indonesia," ucap Nanang kepada Kontan.co.id, Senin (11/11).
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Jadi Kunci Menjaga Volatilitas Nilai Tukar Rupiah Selain itu, lanjut Nanang, pelaku pasar mencermati laporan Badan Statistik AS yang mengumumkan data inflasi Consumer Price Index (CPI) dan Producer Price Index (PPI) untuk periode Oktober. Data inflasi tersebut akan menjadi bekal penting para pelaku pasar dalam memperkirakan arah kebijakan bunga acuan The Fed pada FOMC Desember dan mungkin juga untuk 2025. Dari dalam negeri, Nanang mencermati Bank Indonesia akan mengumumkan sejumlah data ekonomi seperti Survei Konsumen dan Survei Penjualan Ritel, kemudian disusul oleh rilis Statistik Utang Luar Negeri.
Baca Juga: Dana Asing Hengkang pada Pekan Pertama November, Awas Tren Outflow Jangka Pendek Pun, Badan Pusat Statistik akan mengumumkan kinerja perdagangan Indonesia pada Oktober pekan ini. Hasil data-data tersebut akan menjadi bekal terakhir Bank Indonesia terhadap arah kebijakannya. Ibrahim Assuaibi, Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka, mengatakan sejumlah pejabat Fed akan berpidato minggu ini termasuk Ketua Jerome Powell pada hari Kamis. Data konsumen AS akan dirilis pada hari Kamis diperkirakan bakal semakin mengurangi kemungkinan pelonggaran pada bulan Desember. Ibrahim memandang sentimen tersebut menguntungkan bagi dolar. Di sisi lain pada pertemuan kebijakan Bank of Japan Oktober, sejumlah pendapat menunjukkan keraguan untuk menaikkan suku bunga di tengah volatilitas pasar. Sehingga mengurangi kemungkinan kenaikan suku bunga pada bulan Desember.
Baca Juga: Rupiah Spot Melemah 0,03% ke Rp 15.678 Per Dolar AS Pada Senin (11/11) Siang "Keputusan itu tidak akan dipermudah oleh ketidakpastian politik karena anggota parlemen Jepang akan memutuskan pada hari Senin apakah Perdana Menteri Shigeru Ishiba tetap menjadi pemimpin setelah koalisinya kehilangan mayoritas parlemen akhir bulan lalu," kata Ibrahim. Sebelumnya, investor sebagian besar kecewa dengan Kongres Rakyat Nasional Tiongkok yang mengumumkan program pertukaran utang sekitar 12 triliun yuan atau sekitar US$ 1,6 triliun untuk memperbaiki keuangan pemerintah daerah. Namun, kurangnya stimulus fiskal langsung serta langkah-langkah spesifik untuk mendukung pasar perumahan dan konsumsi pribadi membuat minat investor menurun.
Untuk besok, Selasa (12/11), Nanang memperkirakan rupiah masih terjebak dalam pelemahan di kisaran Rp 15.630 per dolar AS-Rp 15.755 per dolar AS. Ibrahim juga memprediksi rupiah ditutup melemah dalam rentang Rp 15.670 per dolar AS-Rp 15.770 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati