KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki bulan September 2024, nilai tukar rupiah diperkirakan akan mengalami pelemahan akibat sikap investor yang cenderung netral terhadap data ekonomi Amerika Serikat (AS). Hal ini didorong oleh perkembangan ekonomi global, khususnya data ekonomi AS yang menjadi sorotan utama para pelaku pasar. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah terpantau melemah sekitar 0.20% secara harian di pasar spot ke level Rp 15.455 per dolar AS pada Jumat (30/8). Rupiah Jisdor BI juga melemah sekitar 0,41% secara harian ke level Rp 15.473 per dolar AS. Kendati demikian secara mingguan pada Jumat (30/8), rupiah di pasar spot menguat sekitar 0,23% ke level Rp 15.455 per dolar AS dari level penutupan akhir pekan lalu Rp 15.492 per dolar AS.
Begitupun rupiah Jisdor BI tercatat menguat sekitar 0,52% secara mingguan ke level Rp 15.473 per dolar AS dari level penutupan akhir pekan lalu Rp 15.554 per dolar AS.
Baca Juga: Target Rasio Penggunaan Mata Uang Lokal 10% Bisa Kurangi Volatilitas Rupiah Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin menjelaskan pada minggu lalu rupiah mengalami penguatan mingguan dalam 5 pekan secara beruntun yakni -0.22% terhadap dolar. Faktor pelemahan dolar dan sentimen pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Fed menjadi pendorong penguatan rupiah. Apalagi pemangkasan suku bunga The Fed hampir di pastikan sebesar 25 basis poin. Bahkan peluang pemangkasan bisa mencapai 50 bps apabila data ekonomi Amerika terbaru,seperti data ketenagakerjaan, sektor manufaktur dan jasa, serta inflasi menunjukkan hasil perlambatan. Tetapi karena semakin dekat dengan serangkaian data penting yang dinanti pasar dari AS, justru membuat rupiah mengalami pelemahan. Ini tercermin pada Jumat (30/8) rupiah yang secara harian justru berakhir melemah sebesar +0.27% terhadap dolar. Menurut Nanang investor cenderung menetralisir sikapnya jelang rilisan data inflasi PCE pada Jumat lalu. Di tambah lagi pada akhir pekan dolar mengalami penguatan karena data PDB tumbuh 3.0% dari 2.8%. Begitu pun klaim pengangguran yang turun dari sebelumnya 232 ribu, menjadi 231 ribu. "Data tersebut diperkirakan akan mengalami kenaikan baik secara tahunan dan bulanan. Bila sesuai dengan perkiraan, maka akan menguntungkan buat dolar nantinya, dan reaksi pasar di hari Senin akan negatif buat rupiah, terlebih lagi data penting lainnya dari Amerika," tutur Nanag kepada KONTAN, Jumat (30/8). Oleh sebab itu Nanang memproyeksi pada pembukaan perdagangan Senin (1/9) rupiah akan bergerak melemah, dengan potensi berada pada kisaran Rp15.420 sampai Rp 15.550 per dolar AS.
Baca Juga: Agar Berdampak ke Rupiah, Target Penggunaan Mata Uang Lokal Harus Lebih 50% Pengamat Mata Uang Lukman Leong mengatakan dalam sepekan kemarin rupiah memang melanjutkan penguatan terhadap dolar AS yang masih tertekan oleh meningkatnya prospek pemangkasan suku bunga oleh The Fed. "Tetapi setelah melihat data PCE AS yang secara umum sesuai perkiraan berpotensi membuat dolar AS akan
rebound. Walaupun data penghasilan yang sedikit lebih tinggi dari perkiraan," kata Lukman kepada KONTAN, Minggu (1/9). Di sisi lain investor juga menantikan data inflasi Indonesia dan manufaktur China. Sehingga, Lukman menilai mata uang garuda ini diproyeksi akan melemah terhadap dolar AS pada kisaran Rp 15.450 per dolar AS sampai Rp15.600 per dolar AS. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .