Rupiah Diproyeksi Mulai Lepas Dari Tekanan Dolar AS



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelang rilis data inflasi Amerika Serikat (AS), rupiah diprediksi melemah. Pada pembukaan perdagangan, Rabu (10/7), rupiah melemah ke Rp 16.288 per dolar AS sebelum kembali ke level Rp 16.251 pada pukul 10.42 WIB.

Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong mengatakan, jelang rilis data inflasi AS, rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS.

Hal ini menyusul rebound dolar AS setelah dalam pidatonya, Ketua Federal Reserve Jerome Powell tidak memberikan sinyal yang jelas akan pemangkasan suku bunga, kendati mengakui inflasi sudah menurun.


"Investor masih waspada mengantisipasi data inflasi AS besok," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (10/7).

Ia menyebut, pasar berekspektasi inflasi AS akan kembali turun menjadi 3,1% dari posisi 3,3%. Sementara untuk inflasi inti masih akan bertahan di 3,4%.

Baca Juga: Paling Anjlok di Asia, Rupiah Dibuka Melemah ke Rp 16.288 Per Dolar AS Pada Hari Ini

Namun demikian, ia menyebutkan bahwa berdasarkan perkembangan data-data ekonomi AS belakangan ini, rupiah diharapkan akan mulai terlepas dari tekanan dolar AS.

"Sentimen utama masih tetep dari AS, namun investor juga mencermati pergantian presiden Indonesia lantaran ada kekhawatiran akan ketidakpastian program pemerintahan baru serta anggaran belanja," terangnya.

Dengan meredanya tekanan dari tingkat suku bunga the Fed, Lukman menilai mata uang yang selama ini bertahan dengan suku bunga tinggi seperti rupiah dan peso Filipina akan lebih diuntungkan.

Sedangkan mata uang utama dunia, Yen Jepang berpotensi menguat juga, tetapi hanya setelah the Fed sudah menurunkan suku bunga 100-150bps yang diperkirakan terjadi pada semester II 2025.

"Rupiah di akhir tahun diperkirakan akan berkisar Rp 15.800 - Rp 16.100 per dolar AS, asumsi tidak ada masalah internal pemerintahan baru Prabowo," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari