Rupiah diramal masih berpeluang menguat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Inflasi yang terkendali menjadi penopang nilai tukar rupiah sepekan ke depan. Badan Pusat Statistik mencatat deflasi Februari sebesar 0,08%. Dengan begitu, inflasi tahun kalender Januari hingga Februari 2019 sebesar 0,24% dan inflasi tahun ke tahun Februari 2,57%.

Tapi, Jumat lalu rupiah masih melemah. Mengutip Bloomberg pada Jumat (1/3) rupiah melemah 0,36% atau menjadi Rp 14.120 per dollar Amerika Serikat (AS). Sementara dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) mata uang garuda melemah 0,34% menjadi Rp 14.111 per dollar AS.

Direktrur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim melihat angin segar masih berhembus untuk rupiah pada pekan depan. Meski ada sentimen positif, potensi rupiah terkoreksi masih ada. Sebeb hubungan AS dan China kembali tegang menyebabkan pelaku pasar kembali khawatir. Sebelumnya, kedua negara menargetkan negosiasi dagang rampung sebelum Jumat (1/3).


Ibrahim berpendapat jangan-jangan damai dagang yang selama ini diidamkan bisa buyar. Ini tentu menjadi sebuah risiko besar bagi perekonomian global, risiko perlambatan menjadi semakin nyata.

Presiden AS Donald Trump menegaskan dirinya siap membatalkan perundingan dagang dengan China jika hasilnya tidak memuaskan. Trump dalam pernyataannya beberapa hari lalu menegaskan dia selalu siap dan tidak pernah takut untuk keluar dari kesepakatan, termasuk dengan China.

Di sisi lain, ketegangan antara India dan Pakistan berkobar. Pertemuan puncak antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berakhir tanpa kesepakatan. Alhasil, di awal pekan kondisi inflasi yang rendah akan bersaing dengan sentimen eksternal untuk menggerakkan arah rupiah.

Ibrahim meramal mata uang Garuda masih punya peluang untuk menguat dengan rentang harga Rp.14.070-Rp.14.150 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati