KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah menguat usai data inflasi Amerika Serikat (AS) bulan April melambat. Nilai tukar rupiah diperkirakan kembali menguat di hari Jumat (12/5) karena sentimen rilis data inflasi produsen AS. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mencermati pergerakan rupiah dibuka menguat setelah data inflasi AS menunjukkan perlambatan pada bulan April 2023. "Perlambatan ini mendorong ekspektasi bahwa Fed akan menahan suku bunganya di sisa tahun 2023," kata Josua kepada Kontan.co.id, Kamis (11/5).
Namun demikian, Josua melihat rupiah memangkas penguatannya akibat sentimen perlambatan ekonomi Tiongkok yang sejalan dengan penurunan inflasi.
Baca Juga: Rupiah Ditutup Menguat Setelah Rilis Data Inflasi AS Melambat pada April Indeks harga konsumen (CPI) China pada bulan April naik 0,1% secara tahunan, terendah sejak Februari 2021, dan menurun dari kenaikan tahunan 0,7% pada bulan Maret. Alhasil, rupiah ditutup menguat tipis 0,01% ke level Rp 14.722 per dollar AS pada hari ini, Kamis (11/5).
Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengamati bahwa penguatan rupiah cenderung terbatas. Hal ini berlawanan dengan kinerja mata uang Asia lainnya yang kompak melemah. Sentimen negatif di pasar mata uang Asia tidak lepas dari angka inflasi AS yang terlihat beragam pada rilisan data Rabu (10/5) malam. Angka inflasi tahunan turun tipis pada 4,9% dari 5,5% untuk periode April, tetapi inflasi bulanan naik 0,4%. Tidak hanya mata uang Asia, Nanang melihat, mata uang utama pun di sesi perdagangan Asia dan Eropa juga mengalami pelemahan karena kecemasan prospek kenaikan suku bunga Fed masih terbuka. Selain itu data inflasi dari China yang turun ke 0,4% dari 0,7% jauh di bawah target utama memberi kecemasan tambahan soal perlambatan ekonomi global. Sehingga, peluang safe haven dan memburu dolar sedikit mencuat. Namun, potensi pelemahan dolar bisa kembali terjadi di sesi Amerika di Kamis malam karena laporan inflasi produsen (PPI) AS yang diperkirakan akan menyusut 2,7% ke 2,4% untuk tahunan. Sementara itu, angka klaim pengangguran AS pun diproyeksikan naik dari 242.000 ke 245.000. Nanang berujar, pada perdagangan Jumat (12/5) pasar akan melihat reaksi investor dalam menyikapi data terbaru AS tersebut. Sementara, minim katalis dari dalam negeri yang akan berpengaruh bagi rupiah.
Baca Juga: Kurs Rupiah Jisdor Menguat 0,16% ke Rp 14.722 per Dolar AS, Kamis (11/5) "Faktor eksternal akan memiliki peranan penting di sesi perdagangan akhir pekan," ungkap Nanang kepada Kontan.co.id, Kamis (11/5). Josua memproyeksikan rupiah berpotensi menguat di perdagangan akhir pekan. Hal itu sejalan dengan potensi sentimen dari data PPI AS yang akan dirilis Kamis (11/5) malam. Proyeksi Josua rupiah bisa bergerak menguat di kisaran Rp 14.674 per dolar AS - Rp 14.775 per dolar As di perdagangan Jumat (12/5). Sedangkan, Nanang memperkirakan rentang rupiah pada perdagangan akhir pekan bakal berada di antara Rp 14.650 per dolar AS - Rp 14.780 per dolar AS. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi