Rupiah disetir data klaim pengangguran AS



JAKARTA. Otot rupiah semakin loyo. Di pasar spot, Kamis (26/6), pasangan USD/IDR beringsut 0,07% dibanding hari sebelumnya menjadi Rp 12.099. Kurs tengah Bank Indonesia (BI) juga menunjukkan, rupiah ditutup terdepresiasi 0,53% versus dollar AS ke level Rp 12.091.Senior Researcher and Analyst PT Monex Investindo Futures, Albertus Christian menyebutkan, rupiah tertekan seiring penguatan dollar AS. The Greenback diburu sebagaiĀ  safe haven di tengah konflik di Irak. Selain itu, konflik di Irak mendorong lajuĀ  harga minyak. Hal ini dikhawatirkan membebani neraca pembayaran Indonesia, sehingga rupiah tertekan. "Apalagi, ada ketidakpastian hasil pemilihan presiden (pilpres). Ini memicu tren depresiasi terus berlanjut," jelasnya.Ekonom Bank Mandiri, Destri Damayanti menilai, pelemahan rupiah akibat akumulasi faktor global dan domestik. Faktor global, yaitu kenaikan harga minyak yang dikhawatirkan membebani APBN. "Investor melihat risk perseption kita semakin tinggi, sehingga dollar AS yang masuk saat ini sangat terbatas," ungkapnya.Dari domestik, permintaan dollar memang meningkat menjelang akhir semester I, baik dari korporasi maupun untuk kebutuhan impor jelang puasa. Destri memprediksi, hari ini (27/6), rupiah masih cenderung tertekan, dengan range pelemahan yang lebar. Albertus sependapat. Prediksinya, rupiah bisa menyentuh level resistance Rp 12.145, dengan batas support Rp 12.070. "Data klaim pengangguran AS diprediksi membaik, sehingga berpeluang melemahkan rupiah," ujarnya.Sedangkan, analis PT Millenium Penata Futires, Suluh Adil Wicaksono memprediksi, rupiah masih akan terdepresiasi di kisaran Rp 12.025 - Rp 12.150.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dupla Kartini