Rupiah Ditutup Melemah Pada Jumat (27/1) Terimbas Rilis PDB AS



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dolar Amerika Serikat (AS) menguat terhadap mata uang lainnya setelah data menunjukkan ekonomi negri Paman Sam tersebut melaju pada kuartal keempat 2022. Pertumbuhan ekonomi yang lebih kokoh berpotensi mendukung langkah Federal Reserve (The Fed) untuk mempertahankan sikap hawkish lebih lama.

Pada perdagangan hari ini, Jumat (27/1), rupiah Jisdor BI berada di level Rp 14.978 per dolar AS. Rupiah Jisdor melemah tipis 0,09% secara harian, tetapi masih menguat 0,94% secara mingguan.

Sejalan, rupiah spot juga ditutup melemah 0,25% secara harian ke Rp 14.986 per dolar AS. Secara mingguan, nilai tukar rupiah di pasar spot sukses menguat 0,60%.


Baca Juga: Dunia Usaha Mulai Pulih, Menkeu: Insentif Perpajakan akan Diturunkan Skalanya di 2023

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memaparkan, produk domestik bruto (PDB) AS meningkat pada tingkat tahunan sebesar 2,9% pada kuartal terakhir 2022. PDB AS melebihi perkiraan konsensus pasar yang mematok pertumbuhan ekonomi AS hanya 2,6% di kuartal keempat 2022. Sementara, perekonomian AS tumbuh pada laju 3,2% di kuartal ketiga 2022.

Laporan terpisah dari Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan klaim awal untuk tunjangan pengangguran negara bagian turun 6.000 menjadi 186.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 21 Januari.

Ibrahim bilang, fokus pasar sekarang tepat pada data inflasi pengeluaran konsumsi pribadi atau personal consumption expenditure (PCE) yang akan dirilis pada hari Jumat (27/1). Data ini menjadi parameter untuk mengukur inflasi The Fed. 

"Dari domestik, fondasi perekonomian masih kuat. Konsumsi, investasi, dan ekspor menggerakkan perekonomian nasional," ujar Ibrahim dalam riset harian, Jumat (27/1).

Baca Juga: Indeks Dolar Diprediksi Lemah, Euro Bakal Jadi Primadona Pekan Depan

Ini bisa terlihat dari tingkat pengangguran dan kemiskinan Indonesia turun menjadi 5,8% pada Agustus 2022 dan penurunan kemiskinan menjadi 9,54% pada Maret 2022.

Pemerintah optimistis ekonomi bisa tumbuh di atas 5% sepanjang 2022 dan diperkirakan secara year on year (yoy) bisa mencapai angka 5,3% tahun ini. Namun beberapa ekonom memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan sedikit di bawah proyeksi pemerintah yaitu sekitar 4,7%.

Faktor pelemahan ekonomi adalah perlambatan ekspor karena dampak potensi resesi ekonomi global. Selain itu, harga komoditas yang mulai alami moderasi dan konsumsi masyarakat. Kendati demikian, para ekonom optimis pemulihan ekonomi tetap stabil karena masyarakat mulai bergerak akibat pembatasan sosial dicabut. 

Baca Juga: Rupiah Mampu Menguat Terhadap Dolar AS di Pekan Ini

Pemulihan ekonomi dari dampak Covid-19 terus berlanjut, konsolidasi fiskal berjalan lebih cepat dari target perkiraan dengan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) telah kembali ke bawah 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) yakni 2,38%.

Agar perekonomian nasional semakin menggeliat maka pemerintah tetap menggelontorkan stimulus pada awal 2023, seperti relaksasi pajak, pembukaan kesempatan kerja yang lebih besar, dan kecepatan serapan belanja anggaran di pusat dan daerah.

Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi tapi ditutup melemah direntang Rp 14.970 per dolar AS-Rp 15.030 per dolar AS di perdagangan Senin (30/1).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati