KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah melanjutkan pelemahan pada perdagangan Selasa (20/6). Tekanan terhadap rupiah diperkirakan masih berlanjut menanti kejelasan masa depan suku bunga The Fed. Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri mencermati, mayoritas mata uang global bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) karena masih pasar masih merespons hasil FOMC Meeting Juni 2023. Suku bunga Fed tetap dipertahankan di level 5%-5,25% pada Juni 2023, namun dengan indikasi The Fed masih akan menaikkan suku bunga acuannya kembali. Dalam panduan The Fed terbaru, Bank Sentral AS tersebut menargetkan Fed Funds Rate (FFR) akan berada di level 5,75% pada akhir tahun 2023. Kemudian, FFR baru akan mulai menurun menjadi 4,75% pada 2024 dan 3,5% pada 2025.
Baca Juga: Terus Tertekan, Rupiah Jisdor Tembus ke Rp 15.000 Per Dolar AS Pada Selasa (20/6) Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi AS ditargetkan hanya sebesar 0,4% pada 2023, lebih rendah dibandingkan 1% pada proyeksi Maret 2023 lalu. Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin menyoroti pelemahan mata uang garuda hari ini karena faktor eksternal yaitu ketidakpastian ekonomi global dari negara maju seperti Amerika dan China. Hal tersebut ditenggarai faktor perlambatan atas dampak tingginya suku bunga untuk menahan laju inflasi. “Permasalahan ini yang membuat negara-negara maju mengalami krisis likuiditas sehingga langkah antisipasi adalah melakukan penarikan dana (outflow) pada investasi aset keuangan di emerging market,” jelas Nanang saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (20/6). Nanang mengatakan, ruang kenaikan suku bunga The Fed masih akan terbuka pasca pekan lalu melakukan jeda kenaikan di level 5%-5,25%. Suku bunga bank sentral AS berpotensi naik dua kali lagi, sehingga investor pun mulai melakukan pemburuan terhadap dolar. Berbanding terbalik dengan AS, China untuk kali pertama sejak Agustus 2022 melakukan pemangkasan suku bunga dua jenis pinjaman, diantaranya Bunga Pinjaman atau Loan Prime Rate (LPR) tenor 10 tahun di pangkas 10 bps menjadi 3,55%, sedangkan untuk tenor 5 tahun dipangkas 10 bps menjadi 4,2%. Upaya pemangkasan suku bunga ini merupakan upaya China untuk mempercepat pemulihan ekonomi mereka. Dari internal, Bank Indonesia (BI) pekan ini diperkirakan akan mempertahankan suku bunga di level 5,75% untuk kelima kalinya secara beruntun. Beberapa tekanan kemungkinan membuat BI berpotensi melakukan intervensi dengan hati-hati karena pertimbangan cadangan devisa telah mengalami penurunan terbesar di Asia bulan Mei lalu. Nanang melihat, level 15.020 akan menjadi krusial resisten bagi rupiah dalam jangka pendek. Apabila bertahan di atas area tersebut, maka rupiah sangat rentan akan melemah dan memasuki zona 15.145. Ditambah lagi, pidato Ketua Fed Jerome Powell pada Rabu dan Kamis pekan ini dikhawatirkan akan menyinggung soal arah kebijakan moneter.
Baca Juga: Tertekan, Rupiah Spot Ditutup Melemah ke Rp 15.005 Per Dolar AS pada Hari Ini (20/6) “Sikap yang lebih hawkish akan menguatkan dolar dan rupiah rentan untuk melemah,” kata Nanang. Reny mencermati indeks dolar AS (DXY) posisinya masih cenderung stabil di kisaran 102-103. Level ini mengindikasikan penguatan USD terhadap major currencies masih dapat berlanjut. Dampak penurunan inflasi AS diperkirakan positif untuk pasar tanah air, namun perubahan yang terjadi dinilai tidak terlalu signifikan. Karena itu, capital outflow diperkirakan masih berlanjut yang akan menekan rupiah. Rilis surplus neraca perdagangan domestik juga mengecil hanya sebesar US$ 0,44 miliar pada Mei 2023. “Market akan wait and see terhadap beberapa agenda pidato para pejabat The Fed pekan ini yang diharapkan dapat memberikan kepastian terkait arah kebijakan moneter ke depan,” ucap Reny kepada Kontan.co.id, Selasa (20/6).
Reny memperkirakan rupiah akan bergerak pada kisaran Rp 14.990 per dolar AS - Rp 15.095 per dolar AS pada perdagangan Rabu (21/6). Sedangkan, Nanang memproyeksikan rupiah akan berada pada rentang Rp 14.950 per dolar AS – Rp 15.180 per dolar AS. Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot melemah 0,07% ke level Rp 15.005 per dolar AS pada perdagangan Selasa (20/6). Sementara, pelemahan rupiah Jisdor sebesar 0,31% yang ditutup pada level Rp 15.040 per dolar AS. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi