Rupiah Ditutup Menguat Pada Rabu (7/2), Ini Pendorongnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah ditutup menguat di seluruh pasar pada Rabu (7/2). Di pasar spot, rupiah menguat 0,61% ke Rp 15.635 per dolar Amerika Serikat (AS) dan di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) menguat 0,31% ke Rp 15.685 per dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan,  penguatan rupiah disokong oleh faktor eksternal. Yakni, perekonomian AS yang berjalan sesuai ekspektasi dapat membuka pintu bagi penurunan suku bunga The Fed tahun ini. 

Berdasarkan FedWatch Tool, saat ini pasar memperkirakan peluang pemotongan suku bunga sebesar 19,5% pada bulan Maret, turun dibandingkan dengan peluang 68,1% pada awal tahun.


Baca Juga: Perkasa, Rupiah Spot Menguat 0,61% ke Rp 15.730 Per Dolar AS Pada Rabu (7/2)

"Pasar juga memperkirakan pemotongan sekitar 117 bps pada akhir tahun 2024, dibandingkan dengan antisipasi sekitar 150 bps pada awal Januari," tulisnya dalam riset, Rabu (7/2).

Sementara itu, kekhawatiran pasar terhadap ekonomi China masih terus berlanjut. Meskipun pihak berwenang mengumumkan sejumlah langkah untuk mendukung pasar saham lokal pada minggu ini, tetapi tidak berbuat banyak untuk mengatasi lambatnya pemulihan ekonomi di negara tersebut.

Dari dalam negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 ditutup di angka 5,05%. Angka ini meleset dari target pemerintah yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2023 di kisaran 5,31%.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pendorong pertumbuhan ekonomi ini masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 2,55% dari total pertumbuhan ekonomi.

Baca Juga: Rupiah Jisdor Menguat 0,31% ke Level Rp 15.685 Per Dolar AS Pada Rabu (7/2)

Konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan dari 4,94% pada 2022 menjadi 4,82% di 2023. Momen Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 dinilai bisa menjadi salah satu pendorong konsumsi rumah tangga.

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang  Rp 15.600 - Rp 15.670 per dolar AS," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi