Rupiah Ditutup Menguat Senin (26/8), Bisakah Penguatannya Bertahan Semester II



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah masih perkasa terhadap dolar AS. Mengawali pekan ini mata uang Garuda ditutup menguat 0,35% ke Rp 15.439 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin (26/8). Apakah penguatan ini masih berpotensi berlanjutt di semeter II?

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan, fundamental ekonomi dan prospek ekonomi dalam negeri menjadi katalis positif. Neraca transaksi berjalan Indonesia pada kuartal II masih terkendali.

Josua juga memperkirakan neraca transksi berjalan sampai akhir tahun masih akan di bawah 1% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Lalu inflasi juga diproyeksikan terkendali, dan akan berada di bawah 3% pada akhir tahun karena pemerintah belum akan menyesuaikan tarif cukai di tahun ini.


"Jadi, dari sisi neraca transaksi berjalan, inflasi yang terkendali, ditambah pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap dikisaran 5%, sehingga menjadi katalis positif untuk fundamental," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (26/8).

Selain itu, lanjut Josua, prospek ekonomi juga didukung penilaian dari IMF yang menunjukkan daya tarik investasi di Indonesia masih tinggi. 

Baca Juga: Menguat di Awal Pekan, Simak Proyeksi Rupiah Untuk Selasa (27/8)

Selain fundamental, faktor eksternal juga turut berkontribusi dalam mendorong nilai tukar rupiah. Yakni, data tenaga kerja AS lemah, pernyataan pejabat the Fed, serta pernyataan Jerome Powell di Jackson Hole yang hampir memastikan akan memangkas suku bunga di September.Kepastian arah suku bunga the Fed yang membuat rupiah dan mata uang emerging market menguat.

"Nah, kalau misalkan rupiah menguat sendiri itu faktor fundamental, tetapi karena bersama-sama jadi ada faktor global juga," sebutnya.

Meski rupiah menguat signifikan dalam beberapa waktu terakhir, Josua berpandangan nilai rupiah saat ini masih 'inline' dengan fundamental Indonesia. Berdasar hitungannya, nilai wajar rupiah berada di Rp 15.300 - Rp 15.600 per dolar AS, yang juga menjadi targetnya untuk rupiah di akhir tahun.

Meski Gubernur BI Perry Warjiyo menilai rupiah masih berpotensi menguat, tetapi Josua berpandangan penguatannya akan terbatas karena pada kuartal III ini kenaikannya sudah cukup signifikan.Potensi penguatan lebih lanjut jika ada perubahan lain, seperti penurunan suku bunga BI. Adapun saat ini penurunan suku bunga BI diekspektasikan sebanyak satu kali. "Jadi, kalau ada perubahan yang cukup mendasar, seperti penurunan suku bunga BI bisa lebih cepat atau lebih banyak dari perkiraan maka rupiah bisa menguat lebih lanjut," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih