Rupiah Ditutup Menguat Setelah Rilis Data Inflasi AS Melambat pada April



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah melanjutkan penguatan di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis (11/5). Data perlambatan inflasi AS mengisyaratkan pasar akan adanya pelonggaran kebijakan suku bunga The Fed.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa data yang dirilis hari Rabu (10/5) menunjukkan inflasi konsumen AS sedikit menurun pada bulan April. Ini mengarah ke arah jeda dalam siklus pengetatan moneter agresif Federal Reserve (The Fed).

Inflasi inti AS naik 0,1% secara bulanan ke 5,6% sesuai ekspektasi pasar. Sementara inflasi tahunan AS sebesar 4,9% pada April 2023, justru lebih rendah dari proyeksi analis di 5%.


Namun, kerugian dolar terbatas karena ketidakpastian atas plafon utang AS tetap ada. Menteri Keuangan AS Janet Yellen pada hari Kamis memperingatkan tentang potensi kerusakan ekonomi global yang akan dipicu oleh default.

Baca Juga: Satu-satunya Mata Uang Asia yang Menguat, Rupiah Spot Ditutup Rp 14.722 per Dolar AS

Selain itu, penguatan rupiah terpangkas data dari China sebagai mitra dagang utama Indonesia. Indeks harga konsumen (CPI) pada bulan April naik 0,1% secara tahunan, terendah sejak Februari 2021, dan menurun dari kenaikan tahunan 0,7% pada bulan Maret.

"Harga konsumen naik pada kecepatan yang lebih lambat memberikan bukti lebih lanjut dari permintaan domestik yang lemah," tulis Ibrahim dalam riset harian, Kamis (11/5).

Dari dalam negeri, Ibrahim melihat pelaku pasar merespons positif terhadap pernyataan dari gubernur Bank Indonesia (BI) yang menegaskan bahwa perbankan Indonesia cukup kuat menghadapi berbagai tekanan seperti dampak penutupan sejumlah bank di AS maupun kondisi pasar keuangan global. 

Stabilitas sistem keuangan Indonesia pada 2022 hingga Maret 2023 menunjukkan ketahanan yang kuat dan mampu menyediakan kredit dan pembiayaan bagi pemulihan ekonomi nasional. 

Selain itu, ketahanan ekonomi juga tetap terjaga. Hal ini ditopang oleh permodalan yang kuat, likuiditas yang memadai dan risiko yang terkendali. Terlebih sistem keuangan RI berdaya tahan menghadapi dampak penutupan sejumlah bank di Amerika Serikat, maupun dari keketatan kondisi pasar keuangan global. 

Sedangkan tekanan yang dimaksud adalah baik dari risiko likuiditas, risiko pasar karena kenaikan yield SBN atau surat berharga negara dan volatilitas nilai tukar rupiah, maupun risiko kredit karena rendahnya non-performing loan.

Baca Juga: Kurs Rupiah Jisdor Menguat 0,16% ke Rp 14.722 per Dolar AS, Kamis (11/5)

Institusi ekonomi dan keuangan juga terus meningkat, sejalan dengan kinerja UMKM atau usaha mikro, kecil dan menengah yang tumbuh positif. Industri perbankan yang telah meningkatkan intermediasi dan penyaluran pembiayaan untuk UMKM perlu di apresiasi positif oleh pelaku pasar. 

Dalam penutupan pasar sore ini, Kamis (11/5), mata uang rupiah ditutup menguat 0,07% ke level Rp 14.721 dari penutupan sebelumnya di level Rp 14.732. 

Sedangkan untuk perdagangan besok, Jumat (12/5) Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 14.690 per dolar AS-Rp 14.760 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi