KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berhasil menghentikan tren pelemahan tujuh hari beruntun pada perdagangan Rabu (24/12/2025). Berdasarkan data
Bloomberg, rupiah di pasar spot ditutup menguat 0,13% ke level Rp 16.765 per dolar AS, dibandingkan posisi Selasa (23/12/2025) di Rp 16.787 per dolar AS. Sejalan dengan itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia juga mencatat penguatan.
Rupiah Jisdor berada di level Rp 16.767 per dolar AS, naik 0,14% dari posisi sebelumnya Rp 16.790 per dolar AS.
Baca Juga: Logisticsplus (LOPI) Siap Lanjutkan Ekspansi Usai Kantongi Sejumlah Kontrak Strategis Di kawasan Asia Tenggara, pergerakan mata uang regional cenderung menguat terhadap dolar AS. Baht Thailand bahkan sempat menyentuh level 31 per dolar AS, yang merupakan posisi terkuat sejak Maret 2021. Penguatan baht didorong oleh aksi pelaku pasar yang menjual emas dalam denominasi dolar AS di pasar luar negeri, kemudian menukarkan dolar tersebut ke baht. Sepanjang 2025, baht telah menguat sekitar 10%. Namun, penguatan yang terlalu tajam berpotensi menekan daya saing ekspor serta sektor pariwisata Thailand, yang menjadi tulang punggung perekonomian negara tersebut. Sementara itu, dolar Singapura naik ke level tertinggi sejak akhir September. Ringgit Malaysia juga melanjutkan tren penguatan hingga menyentuh level 4,055 per dolar AS, posisi terkuat sejak awal Maret 2021.
Baca Juga: Selain Ekspansi, MDIY Memanfaatkan Momentum Kenaikan Konsumsi di Akhir Tahun Ringgit tercatat sebagai mata uang dengan kinerja terbaik kedua di Asia tahun ini, dengan penguatan sekitar 10%. “Penguatan ringgit ditopang oleh arus masuk dana asing yang berkelanjutan ke pasar obligasi Malaysia, seiring investor global mencari aset emerging market yang kredibel dengan imbal hasil menarik,” tulis analis Kenanga Investment Bank dalam risetnya dilansir dari laman
Reuters. Di sisi global, indeks mata uang emerging market versi MSCI berada di level tertinggi dalam lebih dari satu bulan, seiring pelemahan indeks dolar AS.
Data pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang solid belum cukup mengubah ekspektasi pasar terhadap arah kebijakan suku bunga bank sentral AS (The Fed).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News