Rupiah diyakini mampu hadapi kenaikan suku bunga AS



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam dua pekan terakhir, valuasi rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) cenderung bergerak di kisaran Rp 13.700 – Rp 13.800 per dollar AS. Tampaknya, pasar masih menanti kepastian nasib suku bunga acuan Bank Sentral AS yang akan dibahas dalam pertemuan Federal Open Market Comittee (FOMC) pada Kamis (22/3) nanti.

“Arah suku bunga apakah akan dinaikkan tiga atau empat kali. Inilah yang ditunggu pasar,” ungkap Josua Pardede, Ekonom PT Bank Permata Tbk kepada Kontan.

Menurutnya menjelang FOMC, dollar AS memang cenderung mengalami penguatan. Apalagi dalam beberapa hari terakhir pasar saham juga masih terkoreksi. Hal itu semakin memberi sentimen negatif terhadap pergerakan rupiah.


Dia meyakini pelemahan mata uang Garuda kali ini murni disebabkan sentimen dari luar negeri. Meski pekan lalu neraca perdagangan bulan Febuari kembali mencatatkan defisit tetapi itu tak berpengaruh karena secara fundamental rupiah masih cukup positif. Baginya, posisi rupiah sekarang tidak menggambarkan kondisi ekonomi Indonesia.

“Kalau ada konfirmasi, market tidak terlalu panik,” tandasnya.

Josua cukup yakin, The Fed tidak akan mengambil keputusan untuk menaikkan suku bunga hingga empat kali tahun ini. Data ekonomi AS seperti inflasi dan penjualan eceran sampai saat ini masih belum mendekati target. Kalaupun pengumuman kenaikan suku bunga akan melemahkan rupiah, menurutnya koreksinya tidak akan terlalu dalam.

Apalagi dari domestik Bank Indonesia juga akan menggelar rapat dewan Gubernur BI. Kalau suku bunga masih dipertahankan itu bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah. Bank Indonesia juga pasti akan melakukan intervensi untuk menyelamatkan valuasi mata uang Garuda.

“AS masih dibayangi perang dagang, jadi kemungkinan setelah FOMC, rupiah bisa berada di kisaran Rp 13.700 – Rp 13.800 per dollar AS,” timpalnya.

Asal tahu saja, mengutip Bloomberg, Senin (19/3), valuasi rupiah melemah 0,10% ke level Rp 13.765 per dollar AS dibandingkan akhir pekan lalu. Sedangkan jika mengacu kurs tengah Bank Indonesia (BI) mata uang Garuda masih stagnan dibanding penutupan akhir pekan lalu, juga di level Rp 13.765 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia