Rupiah gagal menguat berbekal sentimen lokal



JAKARTA. Sentimen positif dari dalam negeri gagal menopang pergerakan rupiah dalam sepekan. Rupiah akhirnya tertekan oleh penguatan dollar AS sentimen dukungan sentimen dari negeri Paman Sam.

Di pasar spot, Jumat (21/4) nilai tukar rupiah menguat tipis 0,01% ke level Rp 13.322 per dollar AS dibanding sehari sebelumnya. Selama sepekan terakhir rupiah tergerus 0,36%.

Sementara kurs tengah Bank Indonesia (BI) menunjukkan rupiah menguat 0,06% ke Rp 13.320 pada Jumat (21/4) dan melemah 0,42% dalam sepekan.


Analis Riset Treasury Bank Negara Indonesia, Nurdiyanto mengatakan, banyak faktor global yang mempengaruhi pergerakan rupiah sepekan ini. Sentimen eksternal membuat rupiah cenderung tertekan.

Wakil Gubernur The Fed, Stanley Fischer pekan ini menyampaikan komentar hawkish. Fischer memandang The Fed bisa menaikkan suku bunga minimal dua kali lagi tahun ini. Lalu Menteri Keuangan Amerika Serikat, Steven Mnuchin menyatakan jika penguatan dollar AS akan berdampak positif dalam jangka panjang.

Mnuchin juga menguatkan pernyataan Presiden Trump bahwa aturan reformasi pajak AS akan diumumkan dalam waktu dekat. "Hal tersebut disambut positif oleh pasar, dengan penguatan dollar AS serta kenaikan saham di Wall Street," tutur Nurdiyanto.

Penguatan USD akhirnya menyeret rupiah dalam sepekan. Sementara sentimen dari dalam negeri menurut Nurdiyanto masih positif.

Memang, angka surplus neraca perdagangan bulan Maret turun jika dibanding bulan sebelumnya. Tetapi data ekonomi lain seperti inflasi dan cadangan devisa masih menggembirakan.

Bank Indonesia juga sesuai perkiraan pasar mempertahankan bunga acuan 7-day reverse repo rate di level 4,75%.

Aliran dana asing di pasar saham terus mengalir masuk dalam sepuluh hari beruntun sehingga menopang laju rupiah. "Kebijakan BI untuk mempertahankan suku bunga acuan juga sesuai dengan harapan pasar," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia