Rupiah hampir kehabisan amunisi



JAKARTA. Rupiah mulai kehabisan tenaga pada penghujung pekan ini. Testimoni Gubernur The Fed menggerogoti kekuatan mata uang Garuda.

Jumat (6/11), di pasar spot, rupiah melemah 0,16% ke level Rp 13.564 per dollar AS. Meski demikian, penguatan yang berlangsung sejak awal pekan masih menyelamatkan posisinya.

Alhasil, sepekan rupiah masih unggul 0,87%. Sementara, kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, kemarin, rupiah terapresiasi 0,38% ke posisi Rp 13.550 per dollar.


Adapun, sepekan, penguatan mencapai 0,65%. Research and Analyst Fortis Asia Futures Sri Wahyudi menyebutkan, pekan ini, data domestik menjadi amunisi rupiah. Wajar, dua bulan berturut-turut, Indonesia mencatatkan deflasi. Ini memberi optimisme target inflasi tahunan bisa tercapai. Selain itu, pertumbuhan domestik bruto (PDB) kuartal III lebih baik dari kuartal sebelumnya.

Namun, kekuatan rupiah mulai terkikis pada akhir pekan. Gubernur The Fed Janet Yellen optimistis akan peluang kenaikan suku bunga acuan pada akhir tahun ini. "Dollar AS lebih kuat, sehingga mempersempit penguatan rupiah," ujar Wahyudi, Jumat (6/11).

Analis Pasar Uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto menduga, peluang penguatan rupiah mengecil pada pekan depan. Apalagi, jika rilis data tenaga kerja Paman Sam cukup solid. “Data tersebut bisa meningkatkan optimisme kenaikan suku bunga AS,” jelasnya.

Sejatinya, tadi malam AS mengumumkan data positif tenaga kerjanya. Ada kenaikan 271.000 tenaga kerja di bulan Oktober, melampuai perkiraan pasar yaitu 185.000. 

Di sisi lain, domestik minim sentimen pada pekan depan. Hanya ada rilis data neraca berjalan di akhir pekan. Namun, kata Rully, jika defisit neraca berjalan mengecil, bisa sedikit menopang rupiah.

Prediksinya, rupiah rentan melemah ke kisaran Rp 13.485–Rp 13.800 per dollar AS. Wahyudi menebak, pekan depan, rupiah bergulir antara Rp 13.410–Rp 13.650 per dollar AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia