KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penguatan tipis terjadi pada kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terjadi pada penutupan perdagangan, Selasa (8/10). Pergerakan rupiah yang cenderung stabil pada hari ini karena gabungan antara data global dan domestik yang mempengaruhinya. Mengutip Bloomberg, kurs rupiah hanya menguat 0,01% sehingga berada di level Rp 14.162 per dolar AS. Penurunan bahkan terjadi pada kurs tengah rupiah di BI yang berada di level Rp 14.170 atau melemah 0,1% Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim menilai, penguatan hari terbilang tipis karena adanya tarik menarik antara data global dan domestik. Ia menyebutkan data global mayoritas memberikan sentimen negatif serta sebaliknya data domestik menahan koreksi mata uang garuda.
Baca Juga: Cadangan devisa pada September turun, ini penyebabnya menurut ekonom Pertama, Ibrahim mengatakan bahwa aksi damai dagang antara AS dan China yang diperkirakan terjadi pekan ini mulai diragukan oleh China. Ia bilang hal ini dipicu oleh laporan yang menunjukkan bahwa delapan perusahaan teknologi milik China masuk dalam daftar hitam AS karena tuduhan terlibat pelanggaran HAM. “Mereka dituduh terlibat dalam pelanggaran HAM terhadap minoritas muslim di provinsi Xinjian,” ujar Ibrahim. Selain itu, Ibrahim juga menyebutkan masalah yang terjadi pada presiden AS Donald Trump di Washington kembali meningkat. Trump telah diperintahkan oleh pengadilan New York untuk menyerahkan pengembalian pajak pribadi dan perusahaan selama delapan tahun. Satu-satunya sentimen positif dari eksternal datang dari kebijakan Gubernur Federal Reserve Jerome Powell dalam rapat The Fed pekan lalu yang mengindikasikan ada rencana penurunan suku bunga lagi sebesar 25 bps. Ibrahim bilang saat ini pelaku pasar sedang menunggu rilis notula rapat tersebut. “ Keputusan itu sepertinya tidak bulat dan masih ada anggota yang ingin kebijakan moneter tidak terlampau
dovish,” ujar Ibrahim. Ibrahim bilang data domestik juga memberi sentimen positif ketika BI melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi melalui perdagangan NDF. Menurutnya,intervensi ini menopang rupiah untuk tidak terkoreksi walaupun cadangan devisa yang baru saja dirilis kemarin turun cukup dalam.
Baca Juga: Rupiah ditutup menguat 0,01% di level Rp 14.162 per dolar AS Berbicara tentang cadangan devisa, ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri mengatakan bahwa rilis data tersebut tidak dinilai terlalu negatif sehingga tidak banyak memperngaruhi pergerakan rupiah. Ia bilang data domestik terlalu minim sehingga yang menggerakkan mata uang garuda hari ini lebih banyak dari sentimen global. Reny bilang penguatan hari ini tak hanya terjadi pada mata uang garuda saja melainkan mata uang regional asia lainnya. Menurutnya, penguatan ini karena adanya aksi profit taking oleh investor terhadap dolar AS. “Beberapa hari lalu kan dolar terus menguat, sepertinya sekarang pelaku pasar mulai melakukan
profit taking,” ujar Reny. Selain itu, Reny juga bilang data tenaga kerja yang dirilis oleh AS pada akhir pekan lalu juga tak terlalu bagus, Hal ini dinilai masih mempengaruhi dolar AS untuk koreksi. Reny mengatakan pergerakan rupiah beberapa hari ke depan diprediksi masih cenderung
sideways dengan cenderung masih menguat tipis. Reny bilang ada antisipasi terhadap rapat pertemuan antara AS dan China yang akan terjadi pekan ini.
Baca Juga: Posisi cadev September merosot, ini kata ekonom Samuel Aset Manajemen Sedangkan Ibrahim menilai mata uang garuda justru akan melemah. Ibrahim bilang masih akan ada tarik menarik terhadap sentimen-sentimen hari ini yang mempengaruhi mata uang garuda besok. Reny menebak kurs rupiah akan berada di level Rp 14.120 per dolar AS hingga Rp 14.185 per dolar AS. Sedangkan Ibrahim bilang mata uang garuda akan melemah di kisaran Rp 14.117-Rp 14.182 per dolar AS. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati