KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar rupiah ditutup melemah tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di perdagangan awal pekan, Senin (19/2). Pergerakan rupiah dipengaruhi oleh rilis data inflasi AS di akhir pekan lalu. Research And Development PT Handal Semesta Berjangka Alwy Assegaf mengatakan bahwa pergerakan rupiah hari ini dipengaruhi data inflasi produsen Amerika yang ternyata melebihi perkiraan pasar. Sehingga data tersebut menguatkan perspektif pasar mengenai suku bunga The Fed tidak akan dipangkas dalam waktu dekat. Harga produsen untuk permintaan akhir di AS naik 0,3% secara bulanan pada bulan Januari 2024. Ini menyusul penurunan 0,1% pada bulan Desember dan dibandingkan dengan perkiraan sebesar 0,1%.
“Data teranyar inflasi AS menambah data solid sebelumnya seperti data tenaga kerja, serta beberapa komentar pejabat The Fed yang masih mendukung kebijakan suku bunga tinggi,” kata Alwi kepada Kontan.co.id, Senin (19/2).
Baca Juga: Rupiah Jisdor Menguat 0,15% ke Rp 15.630 Per Dolar AS Pada Senin (19/2) Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa harga produsen yang dilaporkan oleh Departemen Tenaga Kerja AS merupakan yang terbesar dalam lima bulan terakhir dan menyusul laporan harga konsumen yang lebih panas dari perkiraan pada hari Selasa. Selain itu, data menunjukkan inflasi indeks harga produsen Amerika tumbuh lebih dari perkiraan pada bulan Januari. Angka tersebut muncul hanya beberapa hari setelah data inflasi indeks harga konsumen yang lebih kuat dari perkiraan. “Sehingga membuat para pedagang semakin memperhitungkan kemungkinan penurunan suku bunga lebih awal oleh Federal Reserve tahun ini,” ujar Ibrahim dalam riset, Senin (19/2). Di Asia, Ibrahim melihat, pasar Tiongkok memulai kembali perdagangan dengan hati-hati karena para pedagang menunggu untuk melihat apakah peningkatan belanja selama liburan Tahun Baru Imlek selama seminggu akan bertahan dalam beberapa minggu mendatang. Bank sentral China juga diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan pinjaman tidak berubah pada hari Selasa (20/2), meninggalkan suku bunga pada rekor terendah.
Baca Juga: Rupiah Spot Melemah 0,05% ke Rp 15.631 Per Dolar AS di Akhir Perdagangan Senin (19/2) Dari domestik, pasar terus mengamati Hasil Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia (BI) yang mengindikasikan kinerja penjualan eceran pada Januari 2024 diprakirakan meningkat secara tahunan, namun terkontraksi secara bulanan. Hal tersebut tecermin dari IPR (indeks penjualan riil) Januari 2024 yang tercatat sebesar 216,0 atau secara tahunan tumbuh 3,7 persen yoy. Sementara itu, rupiah di perdagangan besok diperkirakan bakal bergerak mendatar atau
sideways. Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan fluktuatif, namun ditutup melemah di rentang Rp 15.610 per dolar AS–Rp 15.670 per dolar AS di Selasa (20/2). Kalau Alwi melihat rupiah berpotensi bergerak
sideways dengan kecenderungan menguat tipis di perdagangan Selasa (20/2). Rupiah diproyeksi bakal bergerak dalam rentang Rp 15.580 per dolar AS–Rp 15.680 per dolar AS di perdagangan besok.
Baca Juga: Sisa 3 Hari Lagi, Kesempatan Beli ORI025 dengan Kupon 6,4% Alwi memaparkan, rupiah akan dipengaruhi oleh kondisi
wait and see menjelang Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada tanggal 20-21 Februari 2024. Bank Indonesia kemungkinan besar bakal mempertahankan suku bunga di level 6%. Namun peluang penguatan terbuka seiring libur bursa Amerika di hari Senin pekan ini dan dolar AS telah mengalami kenaikan dalam tiga minggu terakhir. Sehingga rawan terjadinya aksi ambil untung
(profit taking) bagi dolar AS, yang bisa menguatkan nilai tukar rupiah. Adapun rupiah spot ditutup melemah 0,05% ke level Rp 15.631 per dolar AS di perdagangan Senin (19/2). Sedangkan, rupiah Jisdor BI justru menguat 0,15% ke level Rp 15.630 per dolar AS di perdagangan Senin (19/2). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati