Rupiah Jadi Makin Perkasa



Rupiah menguat ke level yang cukup signifikan dalam tujuh minggu ini dan diikuti oleh para pemilik modal yang berupaya untuk mencari imbal hasil (yield) yang tinggi setelah The Fed memotong suku bunganya ke level yang cukup rendah. Rupiah menguat untuk yang ketiga kalinya dalam tiga hari ini, bersamaan dengan 10 mata uang regional yang aktif diperdagangkan di tengah spekulasi para investor akan berduyun-duyun kembali pulang ke negeri ini untuk mencari imbal hasil yang lebih baik. Sementara itu benchmark MSCI Asia Pacific Index menanjak untuk yang kedua kalinya dalam dua hari ini meski Wall Street loyo dalam perdagangan kemarin. “Rupiah ini dipengaruhi oleh regional tren, si hijau yang tengah basah kuyub dan fakta bahwa saham-saham Asia masih tetap perkasa dibandingkan dengan saham-saham AS,” kata Joanna Tan, economist Forecast Pte di Singapore. Rupiah menguat 1,2% menjadi 10.893 per dolar AS pada pukul 9.15 di Jakarta. Level ini merupakan yang paling kuat sejak 31 Oktober lalu. Mata uang ini telah kembali pulih 11% bulan ini, dan sempat melemah sebesar 14% sepanjang tahun ini. Tingginya suku bunga patokan menjadi magnet bagi dana dari luar negeri. BI Rate kini ada di level 9,25%, bandingkan dengan The Fed yang baru saja melorot ke level 0,25%. Bank Indonesia berharap memiliki ruang yang lebih lega untuk memangkas suku bunga ke level yang lebih rendah seiring dengan inflasi yang melonjak di bulan Desember. Hal ini ditegaskan oleh Senior Deputy Governor Miranda Goeltom. Deflasi month-on-month sangat mungkin di bulan Desember, dan tingkat inflasi sepanjang tahun kemungkinan akan merosot dibawah 11%. “Penguatan rupiah juga harys dibatasi, seiring dengan permintaan dolar yang cukup sedikit dari perusahaan hingga akhir bulan dan akhir tahun,” kata Tan sembari menambahkan bahwa rupiah mestinya diperdagangkan di levei 10.800 hingga 11.400 per dolar AS hingga akhir 2008.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: